Kadin Incar Kerja Sama Rantai pasok Baterai Mobil Listrik dengan Korsel

Liberty Jemadu
Kadin Incar Kerja Sama Rantai pasok Baterai Mobil Listrik dengan Korsel
Ilustrasi isi ulang baterai mobil listrik. (Shutterstock)

Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar dunia sementara Korsel merupakan salah satu negara manufaktur baterai listrik terbesar.

Suara.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengidentifikasi sejumlah sektor, termasuk kerja sama rantai pasok baterai produk elektronik dan mobil listrik dengan Korea Selatan (Korsel).

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Koordinator Bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani dalam Korea-Indonesia Business Forum yang digelar secara hybrid di Jakarta, Selasa (22/2/2022) mengatakan kerja sama tersebut sangat prospektif lantaran Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar dunia sementara Korsel merupakan salah satu negara manufaktur baterai listrik terbesar.

"Ini menciptakan peluang bagi kedua negara untuk bekerjasama mengembangkan industri baterai, khususnya baterai kendaraan listrik yang terus tumbuh permintaannya di dunia seiring dengan transisi ekonomi hijau," kata Shinta seperti dilansir dari Antara.

Shinta menuturkan potensi kerja sama lain yang dilirik pengusaha Indonesia yakni terkait rantai pasok khususnya di sektor manufaktur kendaraan bermotor, produk permesinan dan produk elektronik beserta dengan komponen dan suku cadangnya.

Baca Juga: Biodiversity Credit: Peluang dan Tantangan dalam Implementasi dan Ekspansi Bisnis Jasa Ekosistem

Ia mengungkapkan beberapa perusahaan Korsel ternama seperti Posco dan Lotte telah menjadi investor di sektor besi baja dan industri kimia.

Namun, pada saat yang sama, ekspor produk manufaktur utama Indonesia yakni ekspor produk dan komponen kendaraan bermotor, permesinan dan produk elektronik yang sangat kompetitif belum memiliki diversifikasi rantai pasok yang memadai di dalam negeri untuk menjaga stabilitas kinerja ekspor.

"Hal ini menciptakan peluang bagi pelaku usaha Indonesia dan Korea untuk menciptakan industri intermediate goods untuk produk tersebut dari industri hulu baja, dan petrokimia yang sudah diinvestasikan oleh pelaku usaha Korea di Indonesia," bebernya.

Lebih lanjut, peluang kerja sama lainnya juga terbuka lebar di industri kesehatan sejalan dengan keinginan Indonesia untuk mempercepat reformasi sistem kesehatan nasional baik dari segi fasilitas kesehatan maupun dari sisi industri.

"Reformasi ini juga dicanangkan oleh pemerintah Indonesia akan jadi ladang potensi yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku bisnis Korea untuk meningkatkan business presence-nya (eksistensi) pada industri ini," ujarnya.

Baca Juga: Bos Kadin Sebut Tak Semua Sektor Bisa Terapkan WFA saat Mudik

Peluang kerja sama lain yang juga dibidik, lanjut Shinta, yakni sektor energi terbarukan. Hal itu juga sejalan dengan banyaknya pelaku usaha asal negeri ginseng yang sepanjang pandemi ini telah banyak menciptakan perubahan dan mempercepat transisi hijau untuk perbaikan daya saing usaha dan iklim investasi.