Hasil Riset Mengungkap bahwa Bahan Bakar Etanol Lebih Buruk untuk Lingkungan Dibandingkan dengan Bensin

Cesar Uji Tawakal Suara.Com
Minggu, 20 Februari 2022 | 08:11 WIB
Hasil Riset Mengungkap bahwa Bahan Bakar Etanol Lebih Buruk untuk Lingkungan Dibandingkan dengan Bensin
Ilustrasi pom bensin. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menemukan bahwa tak cuma punya sisi negatif untuk motor, Etanol juga punya dampak buruk untuk lingkungan.

Dilansir dari Rideapart, studi ini pertama kali dipublikasikan secara online pada 14 Februari 2022. Dalam studi tersebut, para peneliti menyelami lebih dalam bagaimana Hasil Standar Bahan Bakar Terbarukan di Amerika Serikat sesuai dengan tujuan negara.

Alih-alih hanya membatasi pengamatannya pada satu bagian dari proses produksi dan konsumsi etanol berbasis jagung, para peneliti mengumpulkan data pada semua bagian dari siklus produksi etanol.

Setelah mengambil hal-hal penting seperti perubahan penggunaan lahan, peningkatan pupuk, dan sejenisnya, para peneliti melaporkan temuan bahwa etanol berbasis jagung menghasilkan karbon 24 persen lebih intensif daripada produksi bensin. Jika jumlahnya di kisaran rata-rata akurat, angka itu mengkhawatirkan.

Baca Juga: Honda Vario 160 Hadir Menyapa Warga Yogyakarta, Intip Yuk Harganya

Meskipun rangkaian pengamatan khusus ini hanya berlaku untuk etanol berbasis jagung yang diproduksi di AS, hal ini masih bisa berdampak besar pada produksi biofuel global dan bagaimana bahan bakar alternatif ini dipertimbangkan di luar negeri.

Motor siap tenggak etanol dari India. (rideapart.com)
Motor siap tenggak etanol dari India. (rideapart.com)

Perlu dicatat di sini bahwa penelitian ini sebagian didanai oleh beberapa pihak, termasuk Departemen Energi AS dan Federasi Margasatwa Nasional.

“Ini pada dasarnya menegaskan kembali apa yang diduga banyak orang, bahwa etanol jagung bukanlah bahan bakar yang ramah iklim dan kita perlu mempercepat peralihan ke bahan bakar terbarukan yang lebih baik, serta melakukan peningkatan efisiensi dan elektrifikasi,” kata penulis utama studi dan ilmuwan Tyler Lark dalam sebuah pernyataan.

Rilis studi ini datang sesaat sebelum Badan Perlindungan Lingkungan AS diharapkan untuk mengusulkan persyaratan 2023 yang diperbarui untuk kebijakan biofuel negara tersebut.

Persyaratan saat ini berlaku hingga akhir 2022, dan setiap persyaratan yang diperbarui harus diumumkan sekitar Mei 2022 untuk memberikan cukup waktu untuk mempersiapkan diri sebelum diberlakukannya pada tahun 2023.

Baca Juga: Maksimalkan Pelayanan, Astra Motor Retail Jalin Kerjasama dengan Lembaga Pembiayaan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI