"Kami akan membuka partisipasi di sektor swasta untuk berinvestasi di transisi energi. Saat ini ada 5,5 gigawatt PLTU yang siap untuk program early retirement," jelas Presiden Joko Widodo saat membuka pertemuan pendahuluan B20 Inception secara virtual di Bogor, Jawa Barat, akhir Januari 2022.
Selain pengurangan emisi karbon, pemerintah juga menaruh perhatian serius terhadap pengurangan emisi karbon di sektor transportasi.
Berdasarkan perhitungan Kementerian ESDM, Indonesia setidaknya memerlukan investasi untuk energi hijau sebesar 1.043 miliar dolar Amerika (AS) supaya mencapai kapasitas listrik terpasang sebesar 707,7 gigawatt pada 2060.

Saat ini, kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia hanya sebesar 74 gigawatt dengan angka konsumsi 1.123 kWh per kapita.
Kebutuhan investasi yang sangat besar ini tentu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, sehingga pemerintah membuka pintu kepada sektor swasta untuk ikut terlibat dalam mengembangkan energi hijau di Indonesia, termasuk melalui kerja sama bilateral antarnegara.
Jadi, forum G20 menjadi ajang yang tepat bagi Indonesia untuk mendapatkan dukungan global dalam mewujudkan energi hijau, karena forum itu menghimpun hampir 90 persen produk nasional bruto dunia, 80 persen total perdagangan dunia, dan dua per tiga penduduk dunia.
Selaku tuan rumah G20 tahun 2022, Indonesia setidaknya mengadakan 150 agenda pertemuan baik fisik maupun non-fisik melibatkan 20.988 delegasi dari para anggota forum ini. Ratusan pertemuan itu menjadi momen berharga untuk mewujudkan capaian investasi yang ditargetkan oleh pemerintah, khususnya investasi di bidang energi hijau agar bisa segera mewujudkan kedaulatan energi nasional.