Suara.com - SNE Research, sebuah perusahaan konsultan yang berbasis di Korea Selatan memproyeksikan pasar baterai bekas kendaraan listrik bernilai 20 triliun won dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun pada tahun 2030.
Bahkan pada tahun 2050 pasar baterai kendaraan listrik bekas diperkirakan bisa mencapai 600 triliun won. Peningkatan ini dipicu oleh prediksi bahwa cadangan litium di Bumi tidak akan bertahan lama.
Litium sampai saat ini adalah salah satu material kunci untuk memproduksi baterai mobil listrik. Tidak banyak negara di dunia yang memiliki mineral berharga ini.
Negara dengan cadangan lithium terbesar di dunia saat ini adalah Chile, diikuti oleh Australia, Argentina dan China. Indonesia sendiri sejauh ini belum memiliki sumber lithium untuk memproduksi baterai.
Baca Juga: Sampaikan Pidato di UMM, Menteri BUMN Sebut Soal Baterai Kendaraan Listrik
“Dengan jumlah cadangan litium global saat ini, satu mobil listrik hanya bisa diproduksi untuk satu orang. Jadi produsen berusaha keras untuk membangun sistem untuk melebur baterai bekas dan mengekstrak kembali lithium secara selektif, ”kata Choi Jae-won, profesor kimia di Universitas Nasional Gyeongsang, dikutip dari Wapcar.
Daur ulang baterai mobil bekas memang telah lama digaungkan sebagai solusi untuk kendaraan listrik. Hyundai bahkan dilaporkan telah membangun sistem sendiri untuk mengambil baterai bekas di Korsel. Program ini kabarnya akan dilaksanakan juga di negara lain tempatnya beroperasi.
Sedangkan merek lain seperti Tesla, Volkswagen dan Daimler, telah mengumumkan rencana yang sama untuk jajaran produk kendaraan listrik mereka.