Larangan Ekspor Nikel Indonesia Hambat Ambisi Kendaraan Listrik China

Kamis, 20 Januari 2022 | 17:32 WIB
Larangan Ekspor Nikel Indonesia Hambat Ambisi Kendaraan Listrik China
Presiden Joko Widodo meninjau pengolahan bijih nikel (nickel ore) di pabrik smelter Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, pada Senin (27/12/2021). [Dok. BPMI Sekretariat Presiden]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keputusan Pemerintah Indonesia untuk menghentikan ekspor bijih nikel mentah rupanya turut berdampak terhadap sejumlah negara. Antara lain bagi industri di China dan berbagai negeri Eropa.

Pasalnya nikel sangat penting untuk produksi baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik.

Akibat keputusan ini Uni Eropa telah memberikan respon dengan mengajukan gugatan terhadap Indonesia di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Dikatakan bila pembatasan ekspor tidak adil dan ilegal untuk pembuat baja Eropa.

Ilustrasi pabrik perakitan mobil [Shutterstock].
Ilustrasi pabrik perakitan mobil yang membutuhkan mineral logam [Shutterstock].

Namun Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) tetap teguh pada pendiriannya dan mengatakan ini untuk kemajuan Indonesia.

Baca Juga: Polestar 2, Mobil Listrik Swedia Resmi Melantai di Korea

Indonesia perlu mengembangkan industri pengolahan mineralnya sendiri agar dapat mengekspor produk yang bernilai lebih tinggi.

"Jangan membawa kami ke WTO karena berhenti mengekspor bijih nikel. Kami akan melawannya dengan cara apa pun," demikian kata Presiden sebagaimana dikutip dari WapCar.

Ditegaskan beliau jika Indonesia terus mengekspor bijih nikel ke Eropa dan negara lain, maka mereka bisa menciptakan lapangan kerja bagi rakyatnya. Sementara Indonesia tidak akan mendapatkan apa-apa.

Kawasan industri di Kawasi, Obi, Halmahera Selatan Maluku Utara, akan memproduksi baterai mobil listrik, sedang memasuki tahap konstruksi akhir. [ANTARA/Abdul Fatah]
Kawasan industri di Kawasi, Obi, Halmahera Selatan Maluku Utara, akan memproduksi baterai mobil listrik, sedang memasuki tahap konstruksi akhir. [ANTARA/Abdul Fatah]

China diketahui sebagai negara yang sangat merasakan dampak dari larangan ekspor nikel Indonesia. Negeri Tirai Bambu mengimpor lebih dari 80 persen nikel dari Indonesia. Sebagian besar digunakan untuk pembuatan baterai kendaraan listrik.

Larangan ekspor komoditas mentah Indonesia tidak akan berhenti pada nikel saja. Pada akhir tahun ini, juga akan pelarangan ekspor bauksit yang belum diproses. Mineral ini digunakan dalam pembuatan aluminium, dan sejumlah bahan lain yang penting dalam pembuatan mobil.

Baca Juga: Apple Mendekat ke Korea Selatan untuk Kembangkan Baterai Mobil Listrik

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI