Suara.com - Tri Yuswidjajanto Zaenuri, pakar mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan bahwa seluruh mobil pada dasarnya bisa menggunakan bahan bakar dengan RON 92 ke atas.
Dikutip dari kantor berita Antara, dengan informasi ini, masyarakat tak perlu ragu menggunakan BBM RON tinggi, seperti Pertamax dan Pertamax Turbo.
"Jangan ragu-ragu. Sebab, bukan hanya keluaran terbaru yang bisa menggunakan BBM beroktan tinggi. Kendaraan yang diproduksi tahun 90-an ke bawah pun bisa," ungkap Tri Yuswidjajanto Zaenuri di Jakarta, Sabtu (8/1/2022).
Pemakaian BBM dengan RON tinggi hanya membutuhkan dua syarat tukasnya, yaitu: kompresi dan timing ignition yang keduanya bisa diatur di mesin.
Baca Juga: Kemacetan Rantai Pasokan Berkurang, Produk Industri Otomotif Jepang Melonjak Bulan Lalu
"Misal perbandingan kompresi harus naik, berarti silindernya harus dipotong agar lebih pendek. Jika timing ignition tidak cocok, hanya tinggal digeser," lanjut Tri Yuswidjajanto Zaenuri.
Dengan demikian, masyarakat pemilik mobil lama hanya perlu melakukan setting mesin kendaraannya lewat cara tadi.
Untuk melakukan setting, hanya perlu dilakukan lewat perangkat komputer atau laptop, yaitu dengan melakukan scanner untuk mengetahui perubahan perbandingan kompresi.
"Untuk mengubah engine map itu, hanya dikenakan biaya Rp 200 ribu," tambah Tri Yuswidjajanto Zaenuri.
Lebih lanjut diuraikannya, memang sudah saatnya masyarakat beralih menggunakan BBM RON tinggi seperti seri Pertamax.
Baca Juga: China Tak Lagi Butuh Produsen Mobil Asing untuk Industri Otomotif
Baik untuk kendaraan baru maupun kendaraan keluaran lama, pemakaian BBM RON tinggi memang memiliki keunggulan dibandingkan memakai BBM RON rendah.
"Bahan bakar beroktan tinggi akan membuat mesin lebih awet, tidak boros, dan pembakaran mesin tidak menimbulkan banyak polusi. Sebab kinerja mesin menjadi enteng, bisa dirasakan saat mobil dikendarai," jelas Tri Yuswidjajanto Zaenuri.
Sebaliknya, pemakaian BBM berkualitas rendah akan membuat performa mesin rendah, boros, dan membuat udara semakin tercemar. Bahkan, yang lebih fatal lagi, muncul kerak di bagian mesin, akibat pembakaran yang tidak sempurna.
"Jika masih mau dan layak digunakan, setiap 20 ribu kilometer, harus carbon cleaning. Berarti keluar biaya ekstra. Jika tidak dibersihkan, suatu saat pelatuk atau pistonnya bisa berkerak. Ini akan menyebabkan mesin rusak dan turun mesin (overhaul)," pungkasnya.