Suara.com - Proyeksi Kementerian ESDM dalam "Grand Strategi Energi Nasional" adalah sebagai berikut: di 2030 jumlah mobil listrik ditargetkan mencapai sekitar 2 juta unit, dan motor listrik sekitar 13 juta unit. Demikian dipaparkan Adi Priyanto, Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara (Sulmapana) PT PLN (Persero) di Makassar, Rabu (5/1/2022).
Dikutip dari kantor berita Antara, di tahun yang sama, target penyediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) mencapai sekitar 30 ribu unit dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik (SPBKLU) sekitar 67 ribu unit.
Saat ini, terdapat sembilan unit SPKLU telah beroperasi dan tersebar di wilayah kerja PT PLN Regional Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara.
Juga ada tiga SPKLU di area kerja PT PLN UIW Sulselrabar, satu unit berada di Kendari, dan dua unit di Makassar.
Baca Juga: CES 2022: BMW iX M60 sampai Mercedes Vision EQXX Naik Panggung di Pameran Teknologi Ini
Dalam acara peresmian SPKLU di Kantor UP3 Makassar Selatan, Jalan Hertasning Makassar itu, Adi Priyanto menyatakan bahwa upaya untuk meningkatkan penjualan kelistrikan, dengan cara PT PLN menggaungkan pola hidup elektrifikasi yakni menggunakan listrik dalam beraktivitas, seperti memasak, berkendara, dan lainnya.
Penggunaan listrik ini dinilai mampu memperbaiki kondisi lingkungan karena yang tercipta adalah aktivitas nol emisi karbon, khususnya penggunaan mobil dan motor.
Oleh karena itu PT PLN (Persero) secara bertahap meluncurkan SPKLU, termasuk yang diresmikan di Kantor UP3 Makassar Selatan tadi.
PT PLN memproyeksikan transaksi penjualan listrik akan meningkat sekitar 7-8 persen pada 2022.
"Proyeksi tahun 2022 pasti naik, proyeksi kita naik sekitar 7-8 persen," tukas Adi Priyanto di Makassar.
Baca Juga: CES 2022: Kolaborasi dengan Luminar, Volvo Siapkan Ride Pilot
Ia mengatakan bahwa transaksi penjualan kelistrikan pada 2021 naik 5-6 persen dibanding 2020, meskipun diakui bahwa pandemi COVID-19 masih memberi dampak pada penggunaan atau penjualan listrik pada 2021.
Pada awal munculnya COVID-19, penjualan kelistrikan sempat minus, namun dengan berbagai intervensi pemerintah dalam penanganan penyebaran COVID-19, maka pergerakan masyarakat mulai dilonggarkan.
Hal ini dinilai berdampak pada penjualan listrik karena beberapa UMKM atau industri kembali beroperasi yang aktivitasnya menggunakan listrik, ujar Adi Priyanto.
"Saat ini, kebutuhan listrik sudah mulai meningkat. Ada beberapa kenaikan di masing-masing daerah, memang tidak sama tetapi secara rata-rata naik 5-6 persen," jelasnya.