Suara.com - Potensi nyamplung atau disebut sebagai "dongkalang" di Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan sebagai bahan baku biodiesel sangat besar, hanya hingga kini kurang dikembangkan masyarakat, karena kendala pemasaran. Padahal, sudah pernah diuji coba bersama mobil Isuzu Panther dalam penelitian ilmiah Nasional pada 2016.
Dikutip dari kantor berita Antara, diharapkan ada keseriusan pemerintah setempat untuk membantu mengembangkan potensi nyamplung sebagai sumber ekonomi baru bagi warga Selayar, maupun sebagai sumber energi alternatif dalam mendukung bauran Energi Baru Terbarukan (EBT).
Tanaman ini termasuk jenis berkayu dengan tinggi pohon bisa mencapai 25 m dengan diameter 150 cm.
Morfologi tanaman nyamplung ini dengan batang berkayu, kulit batang beralur dan mengelupas besar-besar, biasanya dijadikan oleh warga sebagai bahan untuk membuat perahu atau rumah kayu.
Baca Juga: Tanaman Nyamplung Berpotensi Jadi Biodiesel Kendaraan, Perlu Didorong Pengembangannya
Sedang daunnya yang berbentuk bulat memanjang, pangkal membulat dan pertulangannya menyirip. Biji nyamplung yang berbentuk bulat dengan kulit tebal dan keras dengan diameter 2,5-4 cm, daging biji tipis dan biji kering yang dapat tahan selama satu bulan, inti biji mengandung minyak berwarna kuning kecoklatan (Bustomi, et al., 2008).
Peneliti pada Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH) Prof Budi Leskono mengatakan, pohon nyamplung yang toleran terhadap lahan kritis ini, dapat berbuah sepanjang tahun dengan produksi mencapai 50-150 kg per pohon per tahun.
Pihaknya sendiri sudah melakukan penelitian terhadap 12 populasi nyamplung yang tersebar di delapan pulau di Indonesia. Salah satunya di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Potensi nyamplung sebagai sumber energi alternatif sangat besar karena produktivitasnya lebih tinggi dari tanaman jarak.
Dari analisis di Laboratorium Fitokimia Biologi Farmasi oleh Budi Leksono beserta Tim Penelitian Nyamplung pada 2012, diketahui bahwa minyak nyamplung (tamanu oil) mengandung kumarin.
Baca Juga: Terjun ke Industri Otomotif, Samsung Produksi Chip Khusus Mobil Listrik dan Swakemudi
Kandungan dan khasiat lain dari tamanu oil mulai digali dengan menggunakan sampel biji yang berasal dari delapan pulau di Indonesia dan akhirnya diketahui bahwa selain sebagai sumber energi alternatif, juga sebagai bahan kosmetik dan obat.
Selain dikenal sebagai penghasil nyamplung, Kepulauan Selayar terkenal dengan Taman Laut Nasional (TLN) Takabonerate yang disejajarkan dengan TLN Bunaken di Manado, Sulawesi Utara.
Kabupaten Kepulauan Selayar pernah ditunjuk oleh pemerintah pusat sebagai salah satu Desa Mandiri Energi (DME), karena memiliki potensi sumber Bahan Bakar Nabati (BNN).
Departemen Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai departemen teknis yang menangani energi menggagas pelaksanaan program Desa Mandiri Energi (DME) yaitu, program penyediaan energi dengan memanfaatkan potensi energi setempat baik berbasis Bahan Bakar Nabati (BBN) maupun non-BBN dengan teknologi yang dapat dioperasikan oleh masyarakat setempat.
Program DME dimaksudkan untuk sebagai "entry point" dalam kegiatan ekonomi pedesaan pertama kalinya diluncurkan oleh Presiden RI di Desa Grobogan, Jawa Tengah pada 2007 dan terus dilanjutkan di desa-desa lainnya.