![Panen kangkung di KBA Pinang juga merefleksikan semangat alih generasi. Tampak pengurus Proklim berusia di atas 55 tahun (tepatnya 70 tahun) tengah mengarahkan generasi muda usia 18-an tahun [Suara.com/CNR ukirsari].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/12/13/33043-kba-pinang-10.jpg)
"Kebetulan saya mendapat tugas untuk penanganan ini. BWS (Balai Wilayah Sungai) sudah menyetujui untuk pengerukan dan normalisasi, dan karena area adalah tempat bermain sejak kecil, saya merasa punya tanggung jawab. Tentu saja, tanpa peran Ketua RW, Ibu Ida Meuthia, hasilnya juga tidak akan seperti ini," ungkap Baihaqi.
"Nah, ini adalah sebuah pembelajaran. Bila boleh ikut berpesan kepada para RT dan RW, jangan pernah takut menyampaikan kebutuhan wilayahnya. Dan bila sudah memyampaikan kepada dinas terkait, harus tetap dikawal. Jangan sudah merasa lapor lantas tidur enak-enak. Oh no! Bukan begitu. Kita harus tetap "berpipi tebal" dan berusaha," sambut Ida Meuthia.
Kekinian, sembari menunggu realisasi pengerukan sungai sehingga bencana banjir bisa lebih ditangani, KBA Pinang terus menganyam semangat kebersamaan membangun kawasannya.
"Sekarang ini, upaya kita adalah berusaha supaya tanaman tumbuh lagi. Bersama Pak Budi, Pak Seno, ibu-ibu KWT, Proklim, Ibu RW, kami semua akan mengusahakan tanaman tumbuh kembali. Tidak apa-apa bila semuanya membutuhkan waktu, yang penting hijau dahulu," kata Baihaqi.
Dan hari itu, kami telah memanen kangkung perdana seusai KBA Pinang mengalami banjir Maret 2021.
Seperti halnya masalah, banjir adalah sesuatu yang harus dihadapi, bukan dihindari. Justru dengan air bah itulah self-resilience warga termasuk generasi mudanya terbentuk. Mereka menjadi pribadi-pribadi bersemangat tangguh, sebagaimana sebutan sebagai kampung tangguh itu sendiri. Sebuah pembelajaran tentang #semangatsalingbantu untuk semakin memahami alam serta mengasah kesiagaan bersama semangat #KitaSATUIndonesia dalam sebuah Kampung Berseri Astra.