Suara.com - Indonesia dan Britania Raya tengah merencanakan kerja sama membangun rantai suplai baterai Electric Vehicle (EV) atau kendaraan listrik di masa depan.
Dikutip dari kantor berita Antara, rencana kerja sama ini diungkap Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Tepatnya saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional dan Anugerah Layanan Investasi 2021 di Jakarta, Rabu, (24/11/2021).
Dalam kerja sama joint investment itu, kedua negara akan membangun fasilitas produksi baik di Indonesia maupun Britania Raya.
"Kemarin Presiden Joko Widodo berbicara dengan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson. Saya di situ, mendorong kerja sama. Kita investasi di Inggris dan mereka investasi di Indonesia. Dengan begitu, kita bisa masuk global supply chain," papar Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan.
Baca Juga: Ikut Pameran Kendaraan Listrik IEMS 2021, Wuling Andalkan Platform GSEV
Kerja sama joint investment ini diharapkan bakal mampu memenuhi permintaan katoda dan sel baterai kendaraan listrik di Britania Raya, dan Eropa.
Tercatat permintaan katoda dan material mentah di Eropa dan Inggris diperkirakan akan terus meningkat hingga 2030 mendatang.
Nantinya, material baterai kendaraan listrik sampai prekursor baterai akan diproduksi di Indonesia melalui perusahaan joint investment Indonesia-Britania Raya.
Selanjutnya, material akan digunakan untuk menyuplai kebutuhan material untuk perusahaan pabrik katoda yang merupakan joint investment di Britania Raya.
Pasokan material dari Indonesia kemudian diekspor ke perusahaan joint investment di Inggris yang akan menjadi produsen katoda, sel baterai dan battery pack.
Baca Juga: Mitsubishi Hadirkan Mobil Listrik di IEMS 2021, Ini Spesifikasi Dua Andalannya
Sebagai informasi, alur pengolahan nikel dari bijih hingga menjadi baterai kendaraan listrik secara berurutan dimulai dari bijih nikel, nikel dan kobalt sulfat, prekursor baterai, katoda), sel baterai dan battery pack, ESS atau Energy Storage System, stasiun pengisian daya hingga daur ulang.
Sebelumnya, Presiden Jokowi melakukan pertemuan dengan sejumlah CEO perusahaan besar di Inggris. Dari pertemuan yang digelar menghadiri the 26th UN Climate Change Conference of the Parties (COP26) itu, terdapat komitmen investasi sebesar 9,29 miliar dolar Amerika Serikat (AS) yang difokuskan pada investasi hijau atau green investment.
Saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyampaikan ketertarikan Inggris untuk melakukan investasi di Indonesia dengan prioritas untuk mendukung transisi ekonomi Indonesia.
Inggris akan mempersiapkan kredit ekspor yang dapat digunakan untuk mendukung kerja sama transisi ekonomi dengan Indonesia.