Suara.com - Resale value atau harga jual kembali kendaraan menjadi salah satu faktor penting dalam pertimbangan membeli mobil.
Harga jual kembali bisa dijaga agar tetap tinggi dan memiliki nilai penyusutan yang rendah sehingga dapat lebih menguntungkan pemilik kendaraan.
Secara umum, ada dua cara sederhana untuk mempertahankan harga jual kembali mobil tetap tinggi.
Pertama, mengikuti jadwal perawatan berkala di bengkel resmi. Jadwal perawatan berkala ini sudah disusun sedemikian rupa untuk memastikan kondisi mobil selalu dalam keadaan prima.
Baca Juga: Jangan Lihat Kemasan, Ini Ciri Oli Berkualitas untuk Sepeda Motor
Hal ini merupakan rahasia umum yang diyakini oleh pembeli mobil bekas. Pasalnya, pertama yang dilakukan oleh calon pembeli mobil bekas adalah melakukan pengecekan apakah mobil dirawat secara berkala di bengkel resmi.
Menurut Hendro Kaligis, Head of Business Developmet PT Suzuki Indomobil Sales, Suzuki melalui layanan Auto Value tetap memberikan penawaran mobil bekas dengan harga tinggi, terutama pada mobil-mobil yang mengikuti jadwal perawatan berkala di bengkel resmi.
"Sebagai informasi Auto Value sendiri adalah layanan mobil bekas resmi dari Suzuki Indonesia yang membantu proses tukar tambah menjadi lebih mudah dan menguntungkan," katanya, belum lama ini.
Kedua, memiliki asuransi dengan perlindungan komprehensif yang menyertakan klausul bengkel resmi dan penggunaan suku cadang asli (genuine part).
Selain itu, sambung Hendro Kaligis, dari faktor eksternal, merek, negara asal, dan layanan aftersales kendaraan menjadi penentu dalam menjaga harga jual kembali tetap tinggi.
Baca Juga: Suzuki Mulai Goda Konsumen Lewat Teaser Produk Terbaru
Sedangkan dari faktor internal, konsumsi BBM, akomodasi, kemudahan dan ketersediaan sparepart, serta biaya perawatan kendaraan juga menjadi pertimbangan harga jual kembali kendaraan tersebut.
"Perbaikan mobil di bengkel resmi memastikan kondisi bodi kembali baik sesuai dengan standar bengkel pabrikan. Saat melakukan pengecekan bodi mobil, umumnya pembeli mobil bekas dapat merasakan hasil perbaikan yang dilakukan apakah memiliki standar yang tinggi atau rendah," tutup Hendro Kaligis.