Suara.com - Stasiun-stasiun pengisian bahan bakar di sebagian besar China telah mulai membatasi jatah solar untuk kendaraan. Langkah ini diambil menyusul kelangkaan bahan bakar minyak di negara tersebut.
Seperti diwartakan BBC, Kamis (28/10/2021), beberapa pengemudi truk harus menunggu selama seharian untuk mengisi solar.
Di Shijiazhuang, kota yang menjadi salah satu pusat logistik yang terletak di Provinsi Hebei, truk-truk kini hanya boleh mengisi 100 liter solar atau sekitar 10 persen dari kapasitas normal. Sementara di kota-kota lain, jatah solar bahkan hanya 25 liter per truk.
Pembatasan ini juga menyebabkan harga solar naik drastis. Di Fuyang, yang bisa dicapai dalam waktu tujuh jam dari Shijiazhuang, stasiun pengisian bahan bakar meminta pengemudi membayar hingga 300 yuan atau sekitar Rp 667.000 untuk mengisi penuh tangki.
Baca Juga: Krisis Energi Belum Berhenti, Singapura Ingin Tambah Impor Listrik Dari Indonesia
"Setelah berkeliling mencari stasiun pengisian BBM, tidak ada lagi solar yang tersedia. Harga juga terus naik dan truk-truk logistik besar tidak bisa lagi mengisi BBM," tulis seorang pengguna media sosial Weibo.
China kini sedang mengalami krisis energi. Bukan cuma solar, batubara dan gas alam juga tengah langka di negara tersebut. Krisis ini menyebabkan banyak pabrik berhenti beroperasi dan rumah-rumah tidak dialiri listrik.
Para analis mengatakan krisis energi ini dipicu oleh gangguan pada rantai pasokan global akibat pandemi Covid-19.
"Kelangkaan solar ini tampaknya mengganggu bisnis transportasi jarak jauh, termasuk pengiriman barang-barang untuk pasar di luar China," kata Mattie Bekink, Direktur pada lembaga Economist Intelligence Unit d China.
Gangguan rantai pasokan global semakin parah karena kini banyak negara yang sudah mulai membuka perekonomian seiring dengan menurunnya kasus Covid-19.
Baca Juga: Antisipasi Krisis Energi, Pemerintah: Indonesia Harus Tingkatkan Produksi Migas
Aidan Yao, ekonomis senior pada AXA Investment Managers, mengatakan bahwa kelangkaan solar di China adalah sebuah masalah baru.
"Harga bahan bakar berbasis fosil mengalami kenaikan akhir-akhir ini, seiring turunnya investasi untuk sumber-sumber bahan bakar ini yang menyebabkan berkurangnya pasokan saat permintaan justru meningkat," jelas Yao.
"Harga minyak, gas, dan batubara naik bersamaan dan sudah selangit," imbuh dia,
Harga minya mencapai titik tertinggi sejak 2014 dalam beberapa pekan terakhir. Tidak saja China, krisis energi juga melanda India dan Eropa.
Krisis ini dipicu sebagian oleh menipisnya pasokan gas alam dan batubara di China dan India. Para analis memprediksi kondisi ini akan memaksa konsumen beralih ke solar sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
Jeremy Stevens, ekonom dari Standard Bank di Beijing, mengatakan bahwa kini pabrik-pabrik di Tiongkok kini mengandalkan solar untuk menghidupkan mesin-mesin di pabrik mereka.
"Inti dari masalah ini adalah krisis energi," beber Stevens.