Seberapa Besar Antusiasme Peminat Mobil Listrik di Indonesia Dibandingkan Tetangga ASEAN?

Rabu, 27 Oktober 2021 | 11:16 WIB
Seberapa Besar Antusiasme Peminat Mobil Listrik di Indonesia Dibandingkan Tetangga ASEAN?
Stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) komersial pertama milik PT Pertamina (Persero) di SPBU Fatmawati [Pertamina via ANTARA/HO]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Indonesia berupaya terus menumbuhkembangkan ekosistem kendaraan listrik. Mulai sepeda motor hingga mobil listrik digiatkan pemakaiannya, untuk mencapai masa depan ramah lingkungan.

Dikutip dari kantor berita Antara, dalam konferensi iklim COP26 yang digelar Perserikatan Bangsa-Bangsa pada November 2021, mobilitas hijau ini akan menjadi fokus pembahasan.

Transportasi di Asia Tenggara, termasuk negara-negara ASEAN bertanggung jawab atas 40 persen emisi gas rumah kaca global dan 23 persen karbon dioksida. Kondisi ekonomi kawasan ini menangani pertumbuhan secara berkelanjutan, sehingga transportasi berkelanjutan menjadi fokus utama.

Blue SG makin marak di Singapura, pengelola tempatkan recharging station dekat hunian warga [Shutterstock].
Charging station mobil listrik Blue SG di Singapura [Shutterstock].

Regulator dan pelaku industri sama-sama menyadari peluang bahwa transisi menuju Electric Vehicle (EV) adalah hadiah bagi ekonomi mereka untuk secara bersamaan memajukan tujuan demi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga: Berdasar Data Gaikindo, Ini Pencapaian Penjualan Mobil Listrik di Indonesia

Bagaimanakah dengan antusiasme warga ASEAN dalam menyambut mobilitas hijau, berkendaraan dengan sepeda motor atau mobil listrik?

Berdasarkan survei perusahaan riset Milieu Insight baru-baru ini, disebutkan bahwa sekiranya kurang dari setengah konsumen Indonesia tertarik untuk membeli kendaraan listrik.

Minat tertinggi dijumpai di kalangan warga Thailand dan Singapura, di mana 56 persen dari konsumen di sana menyatakan tertarik membeli kendaraan listrik untuk pembelian berikutnya.

Sementara di Vietnam, 51 persen konsumen menyatakan hal yang sama, sedangkan perolehan di Indonesia dan Filipina mencapai 47 persen.

Terendah adalah Malaysia yang mencatatkan 39 persen berminat membeli kendaraan listrik pada pembelian kendaraan berikutnya.

"Untuk responden yang menyatakan tidak akan mempertimbangkan untuk membeli mobil listrik, kami ingin lebih memahami alasannya. Di Singapura, 71 persen mengatakan stasiun pengisian daya terlalu sedikit," jelas Milieu Insight, dalam pernyataannya, dikutip Rabu (27/10/2021).

Baca Juga: Kemenperin Targetkan Produksi Mobil dan Bus Listrik 600 Ribu Unit

Alasan yang sama juga diungkapkan 59 persen konsumen di Thailand dan 57 persen di Vietnam. Di Malaysia, harga menjadi alasan utama, mencapai 56 persen, diikuti kurangnya stasiun pengisian 55 persen.

Harga juga menjadi perhatian utama konsumen di Indonesia, mencapai 47 persen. Di Filipina, perhatian utama adalah waktu isi ulang yang lama, 50 persen.

Sebagai pembuat kebijakan, upaya pemerintah mengatasi keberadaan stasiun pengisian akan menjadi langkah selanjutnya. Jaringan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang dapat diakses secara luas dan komprehensif sangat penting untuk kenyamanan serta menimbulkan rasa tenang bagi para pengguna kendaraan bertenaga listrik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI