IMI dan Hyundai Tandatangani MoU, Kembangkan Ekosistem Sepeda Motor Listrik

Selasa, 26 Oktober 2021 | 18:46 WIB
IMI dan Hyundai Tandatangani MoU, Kembangkan Ekosistem Sepeda Motor Listrik
Ketua Umum IMI Bambang Soesatyo (kiri duduk) dalam penandatangan nota kesepahaman pengembangan ekosistem kendaraan listrik dengan Hyundai, Selasa (26/10/2021). [ANTARA/IMI].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ikatan Motor Indonesia atau IMI Pusat dan Hyundai menandatangai nota kesepahaman (MoU) untuk saling bekerja sama mengembangkan ekosistem kendaraan listrik, khususnya sepeda motor arau roda dua (R2) di Indonesia. Acara berlangsung Selasa (26/10/2021).

Baik dalam hal pengembangan Battery Swapping System (BSS), konversi kendaraan roda dua dari mesin Bahan Bakar MInyak (BBM) ke motor listrik, hingga suplai sistem powertrain untuk kendaraan listrik.

Dikutip dari kantor berita Antara, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, Ketua Umum IMI Pusat usai menandatangani nota kesepahaman itu menambahkan bahwa Hyundai adalah perusahaan otomotif pertama yang menyatakan keseriusan memproduksi mobil listrik di Indonesia.

Pabrik Hyundai di Cikarang. Lokasi pembangunan pabrik mobil Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Deltamas Industrial Complex, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia. (Antara/ Tim Humas Hyundai)
Pabrik Hyundai di Cikarang. Lokasi pembangunan pabrik mobil Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Deltamas Industrial Complex, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia. (Antara/ Tim Humas Hyundai)

Pembangunan pabrik di kawasan Deltamas, Bekasi, Jawa Barat, ditargetkan bisa selesai pada pertengahan tahun 2022.

Baca Juga: Sistem Baru dari Hyundai Bantu Mobil Bergerak ke Samping dan Berputar di Tempat

Mereka bahkan melakukan relokasi kantor pusat regional Hyundai Asia Pasifik, semula di Malaysia ke Indonesia. Dengan membawa investasi 1,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dan 500 juta dolar AS untuk pembangunan jaringan diler dan lainnya.

Bambang Soesatyo menyebutkan kendaraan listrik memiliki prospek cerah di Indonesia. Selain jumlah penduduk yang sangat besar, yaitu lebih 270 juta jiwa, sebanyak 115 juta penduduk negara ini juga berpotensi naik status menjadi kelas menengah.

Kondisi ini berpotensi untuk meningkatkan permintaan dan penjualan kendaraan listrik.

"Dalam road map pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai yang disusun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi sepeda motor listrik pada tahun 2030 diproyeksikan mencapai 13 juta unit, sedangkan mobil listrik mencapai 2,2 juta unit," kata lelaki yang kerap disapa Bamsoet.

Target ini menurut Bambang Soesatyo sangat realistis, karena saat ini berdasarkan data BPS dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), per Januari 2021 jumlah sepeda motor yang beredar di Indonesia mencapai 147,75 juta unit.

Baca Juga: Berdasar Data Gaikindo, Ini Pencapaian Penjualan Mobil Listrik di Indonesia

"Sementara jumlah kendaraan roda empat mencapai 24,6 juta unit," imbuhnya.

Pengembangan industri baterai kendaraan listrik di Indonesia sangat menjanjikan, mengingat negara kita memiliki sumber daya bahan baku baterai yakni nikel dan kobalt yang besar.

"Bahkan sejak 2018, Indonesia telah diakui sebagai raja nikel dunia karena menguasai 21 miliar ton atau sekitar 30 persen cadangan dan sumber daya nikel dunia," tambah Bambang Soesatyo.

Ia sebutkan pula Indonesia memiliki kekayaan material komponen penting untuk industri baterai selain nikel, antara lain 1,2 miliar ton aluminium, 51 miliar ton tembaga, dan 43 miliar ton mangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI