Suara.com - Tenaga mesin disalurkan ke ban mobil melalui sistem penggerak. Secara garis besar, sistem penggerak yang umum ada dua jenis. Pertama adalah gerak roda depan dan kedua adalah gerak roda belakang.
Penerapan sistem penggerak ini dilatari peruntukan dan kebutuhan kendaraan yang dipasarkan carmaker.
Sebagai wacana, berikut adalah penjelasan dari kedua sistem penggerak tadi dari Auto2000, berikut poin plus dan minusnya.
Penggerak Roda Depan
Baca Juga: Toyota Avanza Anyar Diduga Beralih ke Sistem Penggerak Roda Depan, Apakah Keuntungannya?
Sistem penggerak roda depan atau disingkat FWD (Front- Wheel Drive) banyak dipakai oleh kendaraan kompak atau perkotaan, di mana tenaga dari mesin akan disalurkan melalui kedua roda depan.
Sistem ini memiliki keunggulan terbesar dalam hal efisiensi lantaran posisi mesin, girboks dan as roda searah dan semuanya berada di depan.
Respons mesin tersalurkan dengan lebih optimal dan membuat konsumsi bensin lebih irit lantaran tenaga tidak banyak tereduksi mengingat komponen penggeraknya lebih sedikit.
Karena konstruksinya lebih ringkas dan kompak, maka bobot keseluruhan mesin hingga as roda dapat dipangkas supaya lebih ringan.
Selain itu, posisi mesin pada penggerak roda depan umumnya melintang (tranverse) yang memberi dampak ruang mesin dapat didesain lebih kompak guna membuat kabin lebih lega.
Baca Juga: Gunakan Sistem FWD Tak Kuat Nanjak? Tak Hanya Mobil, Skill Pengemudi Dibutuhkan
Dengan dimensi yang sama dibandingkan mobil bersistem gerak RWD (Rear-Wheel Drive), kabin mobil FWD bakal lebih luas dan nyaman.
Tidak adanya poros penerus tenaga ke as roda belakang atau kerap disebut as kopel membuat lantai kabin rata dan lebih senyap karena minim vibrasi.
Meski demikian, sistem penggerak roda depan tetap memiliki kekurangan. Pertama beban kerja area kaki-kaki depan mulai dari roda, kemudi, hingga suspensi lebih berat lantaran tugasnya sebagai penggerak sekaligus kemudi, termasuk menahan beban mobil ketika pengereman.
Kondisi ini berpengaruh pada usia pakai beberapa komponen penggerak roda depan, terutama as roda yang mudah termakan usia.
Perkara pengendalian, mobil penggerak roda depan lebih cenderung understeer alias tidak mau berbelok karena bobot mobil bertumpu di depan.
Lainnya adalah tantangan menanjak, di mana bobot kendaraan berpindah ke as roda belakang sehingga ban depan sulit mendapatkan traksi optimal.
Penggerak Roda Belakang
Sistem penggerak roda belakang atau disingkat RWD (Rear- Wheel Drive) sudah dipakai lebih dahulu ketimbang FWD. Mobil RWD memanfaatkan roda belakang untuk menyalurkan tenaga dari mesin, sementara roda depan murni hanya untuk mengarahkan dan mengendalikan mobil.
Terdapat poros penerus atau drive shaft (as kopel) yang diletakkan antara transmisi dan as roda belakang untuk menyalurkan tenaga yang dihasilkan oleh mesin mobil.
Kelebihan RWD adalah distribusi bobot lantaran posisi mesin di depan, girboks dan as kopel di tengah dan differensial (gardan) di belakang.
Karena distribusi bobot yang lebih ideal ini, penggerak roda belakang memiliki pengendalian yang lebih baik namun cenderung oversteer. Karena fungsi roda depan hanya untuk kemudi dan roda belakang untuk penggerak, beban kerja masing-masing roda dapat terdistribusi lebih optimal sehingga usia pakai komponen suspensi, kemudi, rem, dan penggerak dapat lebih panjang.
Mobil dengan penggerak roda belakang juga lebih andal melahap tanjakan karena roda penggerak di belakang membuat ban tidak mudah kehilangan traksi akibat pindahnya bobot mobil ke belakang.
Di balik keunggulannya, mobil RWD memiliki beberapa kekurangan. Seperti efisiensi penyaluran tenaga berkurang akibat terdapatnya kerugian mekanis, di mana tenaga akan disalurkan via komponen ekstra seperti as kopel sebelum ke gardan belakang.
Umumnya mesin RWD menganut tata letak longitudinal atau membujur sehingga membutuhkan ruang mesin lebih besar dan mengorbankan area kabin. Ditambah, lantai kabin akan disesaki dengan terowongan untuk transmisi dan as kopel yang mengurangi teritori interior dan menambah kebisingan.