Suara.com - Ketua Umum Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM), Hamdani Dzulkarnaen mengatakan transisi menuju kendaraan listrik sebaiknya terlebih dulu dimulai dengan teknologi hybrid ataupun plug-in hybrid.
Menurutnya, dengan terlebih dulu beralih ke hybrid semua bisa jadi lebih siap dibanding harus langsung beralih ke kendaraan listrik.
"Kami lebih memilih transisi menuju elektrikasi itu melalui tahapan hybrid terlebih dahulu. Bukan apa-apa, bukan agar tetap dikuasai satu negara atau apapun. Karena kami ingin punya waktu untuk bisa membangun kompetensi terlebih dahulu," ujar Hamdani, dalam diskusi virtual bertajuk 'Quo Vadis Industri Otomotif Indonesia di Era Elektrifikasi', bersama Forwin, Jumat (15/10/2021).
Seandainya, sambung Hamndani, bila dibandingkan langsung beralih ke listrik, waktu yang dimiliki akan sangat terbatas.
Baca Juga: Terlambat Beralih ke Kendaraan Listrik, Jerman Disebut Akan Kehilangan 30.000 Pekerjaan
"Jadi kami lebih siap ke teknologi hybrid ataupun plug-in hybrid dari pada langsung ke kendaraan listrik," kata Hamdani.
Sebelumnya CEO Toyota, Akio Toyoda mengungkapkan rencana pemerintah Jepang untuk memangkas emisi karbon dengan beralih kepada kendaraan listrik akan menimbulkan masalah bagi negara.
"Jepang adalah negara yang bergantung pada ekspor. Jadi netralitas karbon sama saja dengan masalah ketenagakerjaan di Jepang," ujar Akio Toyoda.
Menurut Inside EVs, Akio Toyoda menyampaikan kepada para pelaku industri otomotif bahwa transisi menuju kendaraan sepenuhnya listrik adalah kesalahan yang mahal.
Untuk itu, Toyoda mengatakan bahwa kendaraan hybrid masih memiliki kontribusi signifikan terhadap netralitas karbon, meskipun dilengkapi mesin pembakaran internal.
Baca Juga: Konversi Kendaraan Listrik Harus Kantongi Akreditasi Kemenhub
Karena hybrid lebih terjangkau daripada kendaraan listrik dan bisa menembus pasar di mana infrastruktur pengisian belum sepenuhnya terpenuhi.