Riset: Layanan Jasa Transportasi Online Bisa Berdampak Buruk bagi Lingkungan, Ini Sebabnya

Cesar Uji Tawakal Suara.Com
Selasa, 12 Oktober 2021 | 19:37 WIB
Riset: Layanan Jasa Transportasi Online Bisa Berdampak Buruk bagi Lingkungan, Ini Sebabnya
Ilustrasi mobil listrik (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian yang diselesaikan oleh para ilmuwan dari Carnegie Mellon University dan diterbitkan oleh American Chemical Society, mengatakan masalah muncul dari fakta bahwa pengendara ride sharing seperti ojek online (ojol) dan taksi online (taksol) menghabiskan banyak waktu berkeliling tanpa membawa penumpang.

Dilansir dari Autoevolution, hal ini biasa disebut di sana dengan istilah 'deadheading'.  Faktanya, sebuah laporan dari Uber dan Lyft sendiri pada tahun 2019 menemukan bahwa mitra pengemudi mereka melakukan deadheading sekitar 40% dari waktu mereka bertugas di enam kota di seluruh Amerika Serikat.

Dan jarak tempuh deadhead itu tidak hanya meningkatkan konsumsi bahan bakar dan menambah emisi gas rumah kaca sekitar 20%, tetapi juga meningkatkan biaya yang terkait dengan kemacetan lalu lintas, kecelakaan, dan polusi suara sekitar 60% juga.

Sementara studi tersebut menemukan bahwa layanan jasa transportasi ini berhasil menurunkan emisi dengan mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan untuk 'memanasi' kendaraan, namun penghematan itu tidak cukup untuk mengimbangi emisi tambahan dari semua jarak ekstra yang ditempuh.

Baca Juga: Oleng ke Kanan, Mobil Tabrak 3 Motor di Tebet

Perjalanan ala ride sharing yang dioperasikan oleh 'perusahaan jaringan transportasi' (TNC), seperti Uber dan Lyft, telah membawa banyak perubahan pada perjalanan perkotaan, dan studi tersebut mensimulasikan penggantian perjalanan kendaraan pribadi dengan TNC di enam kota AS.

Rata-rata, riset ini menemukan bahwa terjadi penurunan 50–60% emisi polutan udara dari NOx, PM2.5, dan VOC akibat terhindarnya warga dari memanaskan mobil, apalagi kendaraan dari layanan jasa transportasi tersebut relatif lebih baru dengan emisi lebih rendah.

Ilustrasi mobil diesel. (Shutterstock)
Ilustrasi mobil diesel. (Shutterstock)

Tapi tampaknya peningkatan perjalanan kendaraan secara deadheading menciptakan bertambahnya 20% dalam konsumsi bahan bakar dan emisi gas rumah kaca terkait dan kenaikan sebesar 60% dalam biaya eksternal yang terkait dengan faktor lain.

Studi tersebut juga mengatakan perjalanan yang melibatkan lebih dari satu penumpang dapat memiliki dampak keseluruhan yang lebih rendah daripada mengendarai kendaraan pribadi, namun akan lebih ampuh jika masyarakat bepergian dengan kendaraan umum.

Masalah jarak yang ditempuh secara deadhead juga memotivasi negara bagian California untuk mengamanatkan lebih banyak mobil listrik ditambahkan untuk dikendarai.

Baca Juga: MINI Bakal Mencoret Bahan Kulit dari Kebutuhan Produksi Mobil Generasi Terbaru

Lankgah ini juga diikuti dengan elektrifikasi kendaraan baik ojol maupun taksol dengan memberi insentif kepada Uber dan Lyft untuk mengadopsi kendaraan elektrik.

Sementara itu, Uber dan Lyft telah membahas rencana untuk menjadi serba listrik, mereka hanya memberikan sedikit jadwal atau detail tentang bagaimana mereka berencana untuk mencapai perubahan itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI