Krisis Chip Semikonduktor Global, Volvo Mengalami Penurunan Penjualan 30 Persen

Senin, 04 Oktober 2021 | 22:30 WIB
Krisis Chip Semikonduktor Global, Volvo Mengalami Penurunan Penjualan 30 Persen
Logo merek mobil Volvo (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Volvo Car Group mengalami penurunan penjualan pada September 2021. Besarannya mencapai 30,2 persen dibandingkan tahun lalu pada bulan sama. Adapun pemicunya adalah krisis chip semikonduktor global.

Dikutip kantor berita Antara dari Reuters berdasar keterangan perusahaan pada Senin (4/10/2021), perusahaan yang kini berada di bawah payung Geely itu telah mewaspadai bahwa volume penjualan pada paruh kedua 2021 bisa turun untuk hitungan year-on-year (YoY) akibat terjadinya kekurangan pasokan chip semikonduktor.

"Penurunan itu terkait kekurangan komponen. Kondisi ini mempengaruhi produksi meskipun naik lagi di akhir bulan," jelas perusahaan yang bermarkas di Swedia itu.

Volvo XC40 Recharge Electric EV perhatikan tampilan grille khas mobil listrik murni [Volvo Cars].
Volvo XC40 Recharge Electric EV. Sebagai ilustrasi salah satu produk terlaris Volvo kekinian [Volvo Cars].

Akan tetapi untuk permintaan produk bisa disebutkan bahwa permintaan tetap kuat.

Baca Juga: Bukan Spoiler No Time to Die: New Land Rover Defender Ini Sungguh Ganteng

Penjualan global Volvo menurun menjadi 47.223 unit mobil pada September 2021, dengan penjualan di Eropa turun 41,5 persen sementara di Amerika Serikat turun 9 persen.

Kekurangan chip semikonduktor secara global selama setahun terakhir telah menyebabkan penundaan besar dalam aktivitas manufaktur dan memaksa beberapa pembuat mobil untuk mengurangi produksi.

Sementara itu, sumber mengatakan kepada Reuters bahwa bulan lalu bahwa Geely Holding China sedang dalam diskusi lanjutan dengan bank untuk mendaftarkan Volvo Cars beberapa minggu mendatang dalam rencana penawaran umum saham perdana (IPO). Dengan valuasi sekitar 20 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekira Rp 285 triliun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI