Mercedes-Benz Sebutkan Kelangkaan Chip Semikonduktor Bak Lalu Lintas Macet

Selasa, 14 September 2021 | 06:11 WIB
Mercedes-Benz Sebutkan Kelangkaan Chip Semikonduktor Bak Lalu Lintas Macet
Ilustrasi chip semikonduktor buatan Intel [Intel]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ola Kallenius, Kepala Mercedes-Benz dam Board Management Daimler AG menyatakan dampak virus Corona di sektor  otomotif merupakan ujian berat. Bisa diibaratkan sebagai sebuah kemacetan lalu lintas bagi industri otomotif, yang butuh waktu untuk kembali mengurai dan membuat jalan menjadi lancar. Demikian dikutip kantor berita Antara dari BBC pada Minggu (12/9/2021).

"Kita harus belajar dari ujian tekanan ini dan melihat lebih jauh ke depan seluruh pihak yang terlibat dalam rantai pasokan chip agar bisa membuat sistem yang lebih kuat lagi," ujarnya.

Pandemi COVID-19 menjadi ujian tekanan tidak hanya bagi industri otomotif, namun lintas industri yang mengandalkan chip untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat yang kini tak bisa lepas dari teknologi.

SUV Mercedes-Benz EQC 400 4MATIC yang mulai diproduksi di pabrik Mercedes-Benz di Bremen, Jerman. Sebagai ilustrasi [Mercedes-Benz via ANTARA].
SUV Mercedes-Benz EQC 400 4MATIC yang mulai diproduksi di pabrik Mercedes-Benz di Bremen, Jerman. Sebagai ilustrasi produk [Mercedes-Benz via ANTARA].

Koray Kose, analis dari Gartner, perusahaan riset teknologi global, menyebutkan kelangkaan chip semikonduktor di industri otomotif bisa bertahan hingga 2023. Kondisi ini turut menganggu produk mobil secara global sampai dua tahun mendatang.

Baca Juga: General Motors: Kelangkaan Chip Hantam Industri Otomotif Semakin Dalam

Apa yang disebutkan Ola Kallenius tadi dibuktikan produksi Mercedez-Benz di kuartal ketiga 2021 mengalami penurunan produksi dan penjualan secara signifikan karena sulitnya mendapatkan chip.

"Produsen chip menyebutkan kondisi itu akan terus berlanjut hingga 2022 secara struktural dan kemudian perlahan membaik. Artinya kelangkaan bisa terjadi hingga 2023," ungkap Ola Kallenius.

Ia berharap secara global kelangkaan pasokan chip tidak sampai membuat industri lainnya mengalami penurunan dari berbagai aspek seperti yang tengah dialami oleh Mercedes-Benz dalam beberapa bulan terakhir.

Selain tekanan kelangkaan chip semikonduktor, kejadian lain yang menambah kurangnya komponen ini adalah persiapan menyambut jaringan 5G. Serta larangan Amerika Serikat kepada para pemilik teknologi semikonduktor untuk menjual produknya kepada Huawei.

Hal ini menyebabkan pembuat chip di luar Negeri Paman Sam kebanjiran pesanan dari China.

Ketika pandemi berlangsung, tanda-tanda awal permintaan untuk chip berfluktuasi menyebabkan penimbunan dan pemesanan chip di muka oleh beberapa perusahaan teknologi. Akibatnya pemain lain harus berjuang untuk mendapatkan komponen.

Baca Juga: Amerika Serikat dan Meksiko Sepakat Bersama-sama Garap Rantai Pasokan Chip Semikonduktor

Masyarakat secara global yang bekerja dari rumah membutuhkan laptop, tablet, dan webcam untuk membantu mereka melakukan pekerjaan, sementara pabrik-pabrik chip tutup selama lockdown.

Hal itu menyebabkan tak sedikit konsumen berjuang untuk membeli perangkat yang mereka inginkan, meski pada akhirnya produsen sejauh ini selalu mampu memenuhi permintaan pada akhirnya.

Kabar kelangkaan chip yang diperkirakan akan terjadi hingga 2023 turut dibenarkan oleh raksasa teknologi di industri komputer. Baik Intel dan IBM turut menyebutkan hal serupa.

Itu sebabnya, Pat Gelsinger, Chief Executive Officer Intel dalam pameran otomotif Jerman, IAA Mobility 2021 yang berlangsung 7-12 September menyatakan Intel akan membangun pabrik chip semikonduktor di Eropa.

Tujuannya adalah kebutuhan kawasan Eropa akan chip semikonduktor, termasuk untuk perusahaan otomotif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI