General Motors: Kelangkaan Chip Hantam Industri Otomotif Semakin Dalam

Sabtu, 11 September 2021 | 18:21 WIB
General Motors: Kelangkaan Chip Hantam Industri Otomotif Semakin Dalam
Pabrik GMC Sierra dan Silverado di Fort Wayne, Indiana. Sebagai ilustrasi General Motors membutuhkan chip semikonduktor untuk banyak produksi [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kekurangan chip global sepertinya benar-benar mendatangkan malapetaka bagi seluruh perusahaan otomotif global. Inilah dampak virus Corona di sektor otomotif.

Terbaru dalam jajaran carmaker yang mengalami kesulitan chip semi konduktor adalah General Motors. Perusahaan ini mengkonfirmasi bila pihaknya terpukul lebih dalam dari yang diperkirakan semula, akibat kelangkaan chip semikonduktor.

Dampak dari kekurangan chip sebelumnya diperkirakan akan menunda 100.000 unit produksi. Namun kekinian sudah hampir dua kali lipat dari angka semula.

"Perusahaan memperkirakan penurunan produksi sebanyak 200.000 unit mobil," ujar Paul Jacobson, Kepala Keuangan General Motors, dikutip dari Autoevolution.

Baca Juga: Berlokasi di Utsunomiya, Honda Akan Uji Program Mobil Swakemudi untuk MaaS

Pabrik transmisi General Motors di Toledo, Negara Bagian Ohio, Amerika Serikat [General Motors via ANTARA Foto].
Pabrik General Motors di Toledo, Negara Bagian Ohio, Amerika Serikat [General Motors via ANTARA Foto].

Namun demikian, Jacobson juga memiliki beberapa kabar baik. Tahun depan kelangkaan chip diperkirakan mulai mengalami pemulihan.

"General Motors memiliki keyakinan 2022 akan menjadi tahun yang lebih stabil," ungkapnya.

Dan ia menggarisbawahi situasi bila ketersediaan chip semikonduktor membaik pun bakal belum bisa mengimbangi tahun sebelum terjadinya pandemi COVID-19.

Pasalnya perusahaan chip di seluruh dunia masih akan kesulitan menyelaraskan produksi mereka dengan tingginya permintaan global.

"Jadi sementara 2022 memang akan membawa perbaikan untuk rantai pasokan semikonduktor, tapi kekurangan chip tidak akan berakhir. Bahkan tidak sedikit perusahaan yang memperkirakan krisis akan berlanjut hingga 2023," tutup Paul Jacobson.

Baca Juga: Kolaborasi Program Ayah Angkat, Yayasan Astra Perkuat Rantai Pasok Otomotif

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI