Pabrikan Mobil Disebut Akan Kesulitan Penuhi Permintaan Konsumen Fleet

Selasa, 10 Agustus 2021 | 17:00 WIB
Pabrikan Mobil Disebut Akan Kesulitan Penuhi Permintaan Konsumen Fleet
Xpander untuk fleet customer Garuda Indonesia di Terminal 3 bandara Soekarno - Hatta. Sebagai ilustrasi mobil armada atau fleet [Suara.com/Manuel Jeghesta Nainggolan].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pelaku industri otomotif disebut akan menghadapi permasalahan baru. Dengan situasi masih terhambatnya pasokan chip semikonduktor, pembuat mobil dinilai akan kesulitan menghadapi permintaan konsumen fleet atau armada perusahaan.

"Konsumen yang membeli mobil armada ingin mendatangkan model baru sebelum unit mereka masuk kategori tahun lama. Tujuannya demi menghindari depresiasi," jelas Charlie Chesbrough, ekonom senior di Cox Automotive, dikutip dari Automotive News.

Ia menambahkan, periode Januari dan Februari biasanya bukan bulan penjualan konsumen dalam jumlah besar. Tapi pengaturan waktu yang tepat sangat dibutuhkan oleh pabrikan

"Jadi Anda tahu kapan dapat memenuhi persyaratan pembelian fleet dalam jangka waktu tertentu, serta menjaga pabrik tetap beroperasi secara efisien," ungkapnya.

Baca Juga: Dari Agya Sampai Fortuner Disentuh Modifikasi GR Sport, Ini Daftar Harganya

Puluhan mobil sedan Toyota Corolla Altis terparkir di Gedung DPRD DKI, Jakarta, Kamis (3/9). [suara.com/Oke Atmaja]
Toyota Corolla Altis. Sebagai ilustrasi kebutuhan fleet atau armada [Suara.com/Oke Atmaja]

Sebelumnya, Carter Toyota, salah satu diler Toyota di Amerika Serikat mengatakan pada tahun lalu bila pihaknya perlu memenuhi kewajiban kontrak kepada pelanggan armada yang dibuat pada kuartal ketiga 2020.

Namun untuk tahun ini, Carter Toyota mengatakan sebesar 8 hingga 10 persen dari volume produksi yang biasanya disiapkan untuk armada perusahaan kemungkinan akan mendapat tekanan.

Total volume armada Toyota hingga Juli hanya lebih dari 175.000 mobil, namun naik sekitar 71 persen dari 2020. Jumlah ini termasuk sekitar penjualan 28.000 unit ke armada komersial.

Sementara bisnis armada Nissan tumbuh sekitar 48 persen tahun ini, penjualan armada untuk General Motors turun 6,9 persen, Ford Motor Company turun 10 persen, dan Stellantis 18 persen lebih rendah.

"Ini adalah situasi menarik yang menjadi nilai tambah bagi pabrikan," tutup Charlie Chesbrough.

Baca Juga: Mobil Listrik Dinilai Akan Mengubah Cara Berpikir Industri Otomotif

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI