Suara.com - Toyota Motor Corp tetap menjadi merek mobil terlaris di dunia selama semester pertama 2021, mengalahkan Volkswagen (VW) saingan utamanya asal Jerman, demikian dilansir Antara dari Kyodo. Capaian ini disebut sebagai bentuk keberhasilan Toyota mengatasi krisis chip global.
Seorang pejabat di perusahaan mobil Jepang itu mengklaim bahwa perusahaan sudah berhasil membatasi efek negatif dari krisis chip yang menerpa seluruh pabrikan mobil dunia.
Toyota mengklaim telah menjual 5,47 juta unit mobil dalam enam bulan pertama 2021, jauh meninggalkan VW yang menjual sekitar 4,9 juta unit kendaraan di periode Januari - Juni lalu.
Ini adalah tahun kedua berturut-turut Toyota menjadi produsen mobil terlaris di paruh pertama. Capaian ini menunjukkan bahwa raksasa Jepang itu berhasil pulih dari krisis akibat pandemi Covid-19 dan mampu bertahan di tengah kelangkaan chip global.
Baca Juga: Semester Perdana, Toyota Pegang Ranking Pertama Mobil Terlaris Dunia
Pada periode Januari-Juni, Toyota menjual 5.467.218 kendaraan secara global, naik 31,3 persen dari tahun sebelumnya. Angka tersebut termasuk unit yang dijual oleh anak perusahaan, Daihatsu Motor Co. dan Hino Motors Ltd.
Volkswagen menjual 4.978.200 kendaraan pada periode yang sama, naik 27,9 persen dari tahun sebelumnya.
Pemulihan penjualan mobil Toyota terasa kuat di dua pasar utama, yakni Amerika Serikat dan Tiongkok. Permintaan tinggi atas model-model baru di kedua negara itu mendongkrak penjualan mobil Toyota di luar negeri menjadi 4,3 juta unit, naik 36,5 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Di pasar dalam negeri Jepang, Toyota melaporkan peningkatan penjualan sebesar 15 persen, menjadi setotal 1,17 juta unit kendaraan.
Adapun di 2020 lalu, untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, Toyota berhasil menjadi penjual mobil terbanyak di dunia mengalahkan sang rival asal Jerman, VW.
Baca Juga: Toyota Lakukan Lobi untuk Memperlambat Peralihan Mesin Tradisional ke Mobil Listrik?
Tahun ini, krisis chip global akibat pandemi Covid-19 telah memaksa merek-merek mobil dunia untuk mengurangi produksi. Diramalkan krisis chip akan berlangsung hingga 2022 mendatang.