PPKM Darurat Pulau Jawa-Bali, Sektor Otomotif Akan Mengalami Dampak Ini

Senin, 05 Juli 2021 | 12:00 WIB
PPKM Darurat Pulau Jawa-Bali, Sektor Otomotif Akan Mengalami Dampak Ini
Suasana diresmikannya Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019 di ICE BSD, Tangerang, Banten. Sebagai ilustrasi gelaran besar Gaikindo setahun sebelum pandemi Covid-19 [Suara.com/Arief Hermawan P]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saat ini, Pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat Pulau Jawa-Bali yang berlaku 3-20 Juli 2021. Berbagai sektor akan merasakan dampaknya, tak terkecuali industri otomotif.

Dikutip dari kantor berita Antara, Jongkie Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan bahwa kebijakan PPKM Darurat Jawa-Bali akan memberikan dampak tersendiri bagi sektor otomotif, utamanya di sisi penjualan dan produksi.

"Tentu akan ada dampaknya terhadap penjualan dan produksi otomotif, serta komponennya. Tetapi, kesehatan masyarakat ada di atas segala-galanya," papar Jongkie Sugiarto yang disampaikan kepada kantor berita Antara pada Senin (5/7/2021).

Meski tidak memerinci seperti apa dampak yang bisa ditimbulkan, Ketua I Gaikindo ini menyebutkan para pelaku di sektor otomotif tetap memberikan dukungan atas kebijakan pemerintah ini.

Baca Juga: Populerkan Kendaraan Listrik, PLN Bali Gandeng Komunitas Otomotif

Jual beli mobil online. (Twitter)
Jual beli mobil online.  Sebagai ilustrasi pembelian mobil di masa pandemi Covid-19 (Twitter)

"Kami akan patuh pada PPKM Darurat, semua anggota diminta untuk ikut melaksanakannya," tandas Jongkie Sugiarto.

Sementara itu, akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan pengamat otomotif Dr. Yannes Martinus Pasaribu mengemukakakn bahwa PPKM Darurat berpotensi untuk memberikan tekanan lebih berat pada semua sektor bisnis di daerah Jawa-Bali, termasuk sektor otomotif.

Hal ini akan terjadi bila PPKM Darurat harus diperpanjang hingga lebih dari satu bulan, karena aktivitas masyarakat di wilayah captive market otomotif kembali diperketat.

"Hal ini akan membuat masyarakat masuk ke dalam ketidakpastian dan keraguan serta suasana psikologis yang paranoid. Pembatasan aktivitas masyarakat akan membatasi pula aktivitas konsumsi mereka dan seluruh rantai ekonomi yang berkorelasi dengannya," jelas Dr. Yannes Martinus Pasaribu.

"Dampaknya, tren peningkatan penjualan otomotif yang sudah membaik di kuartal dua ini berpotensi untuk mengalami tekanan yang lebih dalam lagi dan berpotensi memperpanjang resesi ekonomi. Tidak ada kepastian apakah setelah PPKM Darurat dua minggu penyebaran Covid-19 akan mereda," sambungnya.

Baca Juga: Peluang UMKM di Rantai Pasok Industri Otomotif

Menilik rapor kuartal kedua, penjualan mobil baru di Indonesia pada Mei 2021 tercatat 54.815 unit, mengalami penurunan sebesar 30,5 persen dibandingkan penjualan pada April 2021 yang mencapai 78.908 unit.

Melansir data Gaikindo, penjualan pabrik ke diler (whole sales) pada Mei 2021 jauh lebih tinggi dari penjualan Mei 2020 yang mencapai 3.551 unit. Hal itu bisa dipahami bahwa tahun lalu Indonesia menerapkan pengetatan aktivitas luar ruang menyusul masuknya pandemi Covid-19.

Kendati turun hingga 30,5 persen, penjualan mobil pada Mei 2021 tetap lebih baik dibandingkan Januari dan Februari 2021 yang membukukan angka 52.909 unit dan 49.202 unit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI