Kendaraan Listrik Bakal Mendominasi Demand 2040, Indonesia Garap Hilirisasi Industri

Senin, 28 Juni 2021 | 10:36 WIB
Kendaraan Listrik Bakal Mendominasi Demand 2040, Indonesia Garap Hilirisasi Industri
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo (kiri) mencoba mobil listrik dari Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) peserta Jambore Kendaraan Listrik Nasional di kantor PLN Solo (29/8/2019). Sebagai ilustrasi mobil karya perguruan tinggi [ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/wsj].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Komisaris Utama PT Industri Baterai Indonesia Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan bahwa kendaraan listrik akan mendominasi permintaan pasar otomotif atau demand pada 2040. Sehingga permintaan akan kebutuhan baterai juga semakin meningkat.

Dikutip dari kantor berita Antara, baterai adalah salah satu komponen utama dalam kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) yang mewakili 12-25 persen dari total bobot komponen kendaraan listrik.

"Di sinilah Indonesia bisa mencari celah keuntungan ekonomi, karena nikel adalah komponen pembentuk utama katoda baterai, dan Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia," paparnya dalam pernyataan tertulis pada Sabtu (26/6/2021).

Kekinian, potensi ekonomi itu telah ditangkap pemerintah dengan membentuk konsorsium industri baterai Nasional. Disebut sebagai Indonesia Battery Corporation (IBC) dan terdiri dari PT ANTAM Tbk, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan Perusahaan Holding Mining Industry Indonesia (MIND ID).

Baca Juga: Populerkan Kendaraan Listrik, PLN Bali Gandeng Komunitas Otomotif

Kawasan industri di Kawasi, Obi, Halmahera Selatan Maluku Utara, akan produksi baterai mobil listrik, sedang memasuki tahap konstruksi akhir [ANTARA/Abdul Fatah/am]
Kawasan industri di Kawasi, Obi, Halmahera Selatan Maluku Utara, akan produksi baterai mobil listrik, sedang memasuki tahap konstruksi akhir. Sebagai ilustrasi  [ANTARA/Abdul Fatah/am]

Selain itu, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) sebagai upaya menumbuhkan ekosistem industri EV di Indonesia.

Dekan FTUI Dr. Ir. Hendri DS Budiono, M.Eng mengatakan pengembangan teknologi EV telah dimulai pada 2012 oleh Fakultas Teknik UI (FTUI). Saat itu pihak akademik ini meluncurkan MOLINA-UI (Mobil Listrik Nasional Universitas Indonesia), serta pengembangan baterai ion-lithium yang hemat energi oleh Departemen Teknik Metalurgi dan Material FTUI.

"Hal ini terus dikembangkan sampai saat ini dengan melakukan riset terkait sistem motor listrik, sistem charging baterai, serta kajian sosial ekonomi terkait perubahan perilaku konsumen otomotif," jelas Dekan FTUI.

Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro mengatakan bahwa kerja sama antara UI, pemerintah, dan industri sangat dibutuhkan dalam rangka membangun ekosistem industri mobil listrik nasional.

"Kerja sama penting untuk memahami pergeseran industri otomotif dunia, dari industri berbasis bahan bakar fosil menjadi industri kendaraan berbahan dasar listrik)," tukas Ari Kuncoro.

Baca Juga: Kembangkan Baterai Kendaraan Listrik, Indonesia Mesti Didukung Industri Daur Ulang

Pada 2030, 70 persen bahan bakar kendaraan sudah beralih dari fosil menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT). Indonesia beruntung karena memiliki cadangan sumber daya alam nikel 25 persen dari total cadangan di seluruh dunia.

"Indonesia menurut saya sudah saatnya untuk keluar menjadi pemain terbesar dunia, sehingga dunia mengenal Indonesia bukan hanya Bali, yaitu pariwisatanya. Tapi mengenal Indonesia sebagai negara industria yang menghasilkan baterai modern," ungkap Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.

Saat ini, menurutnya, hilirisasi  industri yang sedang dikembangkan pemerintah adalah baterai untuk kendaraan listrik yang dapat memenuhi pasar otomotif dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI