Kepala Balai Besar Vokasional Inten Soeweno, Mokhamad O Royani menyebutkan, kekurangan target pembuatan sepeda motor tersebut akan dibantu balai serupa di berbagai daerah, yakni Sumatera, NTT, Sulawesi, Bali, dan Jawa Timur.
Harga produk hasil rakitan ini berkisar Rp30 juta hingga Rp60 juta per unit.
Sepeda motor yang dirakit, masing-masing dilengkapi peralatan sesuai fungsi untuk usaha para penyandang disabilitas, seperti untuk usaha menjahit, cuci steam kendaraan, warung kelontong, warung sayur, hingga warung kopi.
Kini, Kemensos kerap dibanjiri permohonan bantuan sepeda motor dari para penyandang disabilitas. Tapi, diberlakukan sejumlah penilaian untuk yang berhak menerimanya.
"Kami buat penilaian, artinya kalau mereka meminta bantuan sepeda motor ia harus bisa mengendalikan sepeda motor, jadi mohon dibedakan, ini bukan syarat tapi kriteria," kata Mokhamad O Royani.
Sebagai catatan, Kemensos meluncurkan Sentra Kreasi Sistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) di Balai Disabilitas Ciungwanara, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, sebagai langkah lanjutan pemberdayaan kaum difabel.
Menteri Sosial Tri Rismaharini menyebutkan bahwa sentra ini menjadi media promosi produk-produk hasil para difabel yang menjadi penerima pelatihan dari Kemensos.
"Yang dulunya hanya untuk melatih atau merehabilitasi saja, sekarangkonsep kami sampai mereka berdaya. Bentuknya macam-macam, ada yang tadi musik, batik, makanan," jelas Tri Rismaharini, mantan Wali Kota Surabaya itu.
Sementara itu, Kepala Balai Rehabilitasi Sosial Ciungwanara, Siti Sari Rumayanti, menyebutkan bahwa Sentra Kreasi ATENSI tidak hanya menjadi wadah pemasaran produk penerima manfaat dari Balai Rehabilitasi di Bogor, melainkan balai-balai serupa di wilayah Jabodetabek.
Baca Juga: Sepeda Motor Masuk Posisi Blind Spot, Waspadai Bahaya dari Kendaraan Besar
Semoga Rana menginspirasi kaum muda termasuk penyandang difabel, utamanya yang berminat di bidang otomotif.