Suara.com - Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo mengungkapkan bahwa kendaraan bermotor di Indonesia memberikan kontribusi terhadap meningkatnya polusi udara dan tingginya serapan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), per Januari 2021, jumlah sepeda motor yang beredar di Indonesia mencapai 147,75 juta unit. Sementara jumlah kendaraan roda empat mencapai 24,6 juta unit.
"Sekitar 60 persen kontributor polusi udara di Indonesia disebabkan kendaraan bermotor. Asap kendaraan BBM mengandung gas beracun karbon monoksida, timbal, nitrogen dioksida, dan karbon dioksida. Tingkat kematian akibat polusi udara di Indonesia juga cukup tinggi," kata Bamang Soesatyo, seperti dikutip dari laman resmi MPR RI.
"Menurut Greenpeace, angka kematian dini akibat polusi udara di Indonesia sejak 1 Januari 2020 diperkirakan mencapai lebih dari 9.000 jiwa," tukasnya.
Baca Juga: Pengamat Sebut Mesin Kecil Bisa Bertenaga Besar, Bila Pakai BBM Jenis Ini
Lebih lanjut, lelaki yang akrab disapa Bamsoet ini menerangkan bahwa penggunaan kendaraan listrik bakal mampu menghemat energi hingga 80 persen dibandingkan mobil konvensional berbahan bakar minyak bumi.
"Penggunaan energi listrik sebagai pengganti BBM, akan mengurangi konsumsi BBM dan beban subsidi yang harus ditanggung negara, sehingga pada akhirnya meningkatkan ketahanan energi nasional. Dalam rentang waktu 2014-2019, jumlah subsidi BBM mencapai Rp700 triliun. Di APBN 2021, subsidi untuk BBM jenis tertentu mencapai Rp16,6 triliun," jelas MBambang Soesatyo.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menekankan, penggunaan kendaraan listrik juga menjadi salah satu solusi menekan ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM). Mengingat dari kebutuhan minyak mentah 1,3 juta barel per hari (bph), Indonesia hanya bisa memproduksi setengahnya yakni sekitar 700 ribu bph.
"Pengembangan kendaraan listrik sekaligus memaksimalkan potensi sumber daya bahan baku baterai untuk kendaraan listrik," katanya.
"Sejak 2018, Indonesia telah diakui sebagai raja nikel dunia, diyakini menguasai hampir 30 persen atau sekitar 21 miliar ton cadangan dan sumberdaya nikel dunia. Selain nikel, Indonesia juga kaya akan material komponen penting untuk industri baterai, antara lain 1,2 miliar ton aluminium, 51 miliar ton tembaga, dan 43 miliar ton mangan," tutupnya.
Baca Juga: Indonesia Akan Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik di Bekasi?