Kajian Komprehensif Indonesia Menuju Emisi Nol Karbon Telah Dirilis

Senin, 31 Mei 2021 | 15:18 WIB
Kajian Komprehensif Indonesia Menuju Emisi Nol Karbon Telah Dirilis
Gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta. Sebagai ilustrasi [ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Institute for Essential Services Reform (IESR), sebuah lembaga pemikir bagi masyarakat sipil baru saja merilis laporan terbaru bertajuk "Deep decarbonization of Indonesia’s energy system: A pathway to zero emissions by 2050". Isinya menunjukkan bahwa secara teknologi dan ekonomi, sektor energi Indonesia mampu mencapai nol emisi karbon pada 2050.

Dikutip dari kantor berita Antara, Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR menyatakan laporan itu adalah kajian komprehensif pertama di Indonesia yang menggambarkan peta jalan atau road map mencapai emisi nol karbon dalam sistem energi nasional.

"Dekarbonisasi sistem energi Indonesia bisa membawa dampak signifikan bagi kawasan dan menginspirasi negara lain untuk mempercepat transisi energi," paparnya.

"Komitmen politik dan kepemimpinan yang kuat dari Presiden Jokowi akan sangat diperlukan untuk mewujudkan hal ini," tukas Fabby Tumiwa dalam keterangan yang dikutip kantor berita Antara di Jakarta, Senin (31/5/2021).

Baca Juga: Qashqai Jadi Model Nissan Perdana Berbahan Aluminium di Eropa

Polusi udara di Ibukota Jakarta (Suara.com/ Peter Rotti)
Polusi udara di Ibu Kota Jakarta. Sebagai ilustrasi  (Suara.com/ Peter Rotti)

Ia menambahkan bahwa langkah pertama dan krusial dari upaya dekarbonisasi adalah dengan mencapai puncak emisi paling lambat pada 2030.

Menurutnya, dukungan kebijakan yang kuat akan membuat pembangkit energi terbarukan dapat dikembangkan dengan masif disertai dengan penurunan kapasitas pembangkit listrik berbahan dasar fosil.

Laporan ini menggunakan model transisi sistem energi yang dikembangkan Lappeenranta University of Technology (LUT), sehingga memperlihatkan bahwa Indonesia mampu menggunakan 100 persen energi terbarukan di sektor kelistrikan, industri, dan transportasi.

"Model itu didesain menggunakan resolusi hitungan waktu per jam dan terdiri dari wilayah-wilayah yang saling terhubung, sehingga sangat relevan untuk model transisi energi di Indonesia serta memastikan pasokan energi yang stabil di segala jam dan wilayah," jelas Christian Breyer, Professor for Solar Economy, Lappeenranta University of Technology, Finlandia.

Satu dekade mendatang akan menjadi penentu bagi upaya dekarbonisasi di Indonesia. Untuk mulai menurunkan emisi gas rumah kaca, Indonesia perlu memasang sekitar 140 gigawatt energi terbarukan dengan komposisi 80 persen pembangkit listrik tenaga surya pada 2030.

Baca Juga: Boat Tail, "Kapal Pesiar" Darat Karya Apik dari Coachbuild Rolls-Royce

Selain itu, penjualan mobil listrik dan sepeda motor perlu ditingkatkan masing-masing menjadi 2,9 juta dan 94,5 juta pada 2030. Suatu peningkatan yang sungguh dramatis bila dibandingkan dengan tingkat penjualan kendaraan listrik yang masih minim saat ini.

Di sektor industri, pemenuhan kebutuhan panas industri menggunakan listrik perlu menjadi pilihan utama, diikuti oleh energi biomassa. Hal terpenting lainnya, PLN perlu menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara pada 2025.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI