Suara.com - Pabrikan mobil sport mewah Lamborghini menginvestasikan lebih dari 1,5 miliar euro dalam empat tahun ke depan untuk menyiapkan produksi kendaraan terelektrifikasi.
Dikutip kantor berita Antara dari laman resmi Lamborghini, di tengah pertumbuhan penjualan yang stabil dan peningkatan omset tujuh kali lipat selama lima belas tahun terakhir, Lamborghini telah memantapkan dirinya untuk menjelma menjadi produsen unggul supersport yang peduli lingkungan hidup.
"Rencana elektrifikasi Lamborghini adalah jalur yang baru direncanakan. Diperlukan dalam konteks dunia yang berubah secara radikal, di mana kami ingin memberikan kontribusi dengan terus mengurangi dampak lingkungan melalui proyek-proyek konkret," jelas Presiden dan CEO Automobili Lamborghini, Stephan Winkelmann, yang memaparkan road map atau peta jalan elektrifikasi di lingkungan Lamborghini, seperti dikutip Kamis (20/5/2021).
Merayakan masa transisi dari mesin pembakaran konvensional ke hybrid, pada 2021-2022 Lamborghini akan menghadirkan model penghormatan atas kesuksesan sebelumnya.
Baca Juga: Meminang Lamborghini Aventador, Paulo Dybala Butuh Waktu Tahunan
Sementara target internal Lamborghini untuk fase ini adalah mengurangi emisi CO2 produk hingga 50 persen pada awal 2025.
Sebagai tahapan awal, ada masa transisi membuat produk hybrid yang diguyur investasi lebih dari 1,5 miliar euro. Dana ini dialokasikan selama empat tahun, terbesar dalam sejarah Lamborghini. Sekaligus bentuk rasa tanggung jawab perusahaan terhadap kebutuhan akan respons konkret, melalui inovasi signifikan, hingga periode transformasi mendalam yang memberikan pengaruh terhadap seluruh industri otomotif.
Masa transisi hybrid Lamborghini akan berlangsung 2023 dan ditandai berupa produksi seri hybrid pertama, dan pada akhir 2024 seluruh jajaran produknya akan dilengkapi powertrain listrik.
Beberapa produk masa peralihan yang dibingkiskan Lamborghini adalah SUV Lamborghini Urus dan Lamborghini Sián. Inilah perjalanan elektrifikasi Lamborghini dengan menampilkan teknologi hybrid.
Baca Juga: Bos Daimler: Perlu Ada Kejujuran Menuju Transisi Mobil Listrik