Suara.com - Bermacam modus serta teknik digunakan para pemudik untuk menerobos penyekatan yang bertujuan mencegah penyebaran virus Corona penyebab Covid-19. Bila sebelumnya ada modus mobil test drive, bersembunyi di angkutan logistik, atau ngebut bermotor memanfaatkan hujan, kini ada lagi teknik lainnya. Bergerombol ramai-ramai hingga sulit dicegah.
Dikutip dari kantor berita Antara, Kapolresta Cirebon, Jawa Barat, Kombes Pol M. Syahduddi menyebutkan bahwa pemudik yang menggunakan sepeda motor terus meningkat. Semakin mendekati Hari-H Idul Fitri, perbandingannya bahkan mencapai 200 persen dibandingkan hari biasa.
"Tadi malam sangat signifikan, peningkatan 100 sampai 200 persen, dibanding dengan hari biasa," jelas Kapolresta Cirebon, Kombes Pol M Syahduddi di Cirebon, Senin (10/5/2021).
Menurutnya, jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor dari hari ke hari terus meningkat, terutama ketika memasuki malam hingga dini hari. Di mana mereka bergerak dengan bergerombol.
Baca Juga: Jalur Utama Karawang Favorit Travel Gelap, Polda Jabar Jaring 138 Mobil
Pihaknya pada Minggu (9/5/2021) malam hingga Senin dini hari telah memutarbalikkan 6.000 sepeda motor pemudik yang melintas di pos penyekatan Weru.
Ia memprediksi gelombang pemudik yang menggunakan sepeda motor akan terus bertambah, meskipun pemerintah telah resmi mengeluarkan Surat Edaran (SE) Larangan Mudik 2021.
"Kami perkirakan nanti malam juga akan terjadi peningkatan arus kendaraan yang mengarah ke Jateng melalui arteri, dan kami sudah siapkan cara bertindak, agar mereka tidak lolos dari penyekatan," tuturnya.
Untuk mengantisipasi adanya pemudik yang bergerombol, pihaknya telah mempersiapkan dan menambahkan personel jaga terutama di pos penyekatan Weru.
"Dari semula hanya 30-an orang, kami tambah menjadi 150 petugas," tandasnya.
Baca Juga: Best 5 Oto: Stellantis Berjaya, Jajal Toyota Raize, Terduga Honda Vario
Sebagai catatan, salah satu hal tertib protokol kesehatan adalah jaga jarak. Sementara dalam teknik bersepeda motor nekat mudik ini malahan bergerombol. Yakinkah mereka yang melakukannya tidak membawa "oleh-oleh" bagi keluarga di tujuan?