Suara.com - Fitur Adaptive Cruise Control berfungsi agar mobil bisa menyesuaikan kecepatan dan jarak dengan kendaraan yang berada di depannya.
Namun demikian, keberadaan fitur ini bisa disalahartikan. Dalam beberapa kasus, pemilik kendaraan justru memanfaatkannya untuk memacu kecepatan.
Menurut sebuah studi yang dilakukan Institut Asuransi untuk Keselamatan Jalan Raya (IIHS), mendapati bahwa pengemudi cenderung mempercepat kendaraan mereka saat menggunakan cruise control.
Dalam studi yang dilakukan satu bulan lalu, 40 pengemudi sebagai responden survei dipinjami Range Rover Evoque dengan cruise control adaptif, atau Volvo S90 dengan cruise control adaptif dan fungsi pemusatan jalur.
Baca Juga: Kolaborasi Volvo dan Google Lahirkan CX60 dengan Infotainment Cerdas
IIHS mempelajari perilaku pengendara di balik kemudi dan menemukan bahwa 24 persen pengemudi lebih mungkin memacu kendaraan di jalan raya ketika sistem bantuan mengemudi digunakan.
Selain cenderung lebih cepat, pengemudi juga melaju lebih kencang secara keseluruhan. Secara khusus, pengemudi biasanya memacu kendaraan 89 km per jam. Namun saat fitur adaptive cruise control tersedia pada mobil, mereka memacunya minimal 100 km per jam.
"Pengguna berisiko sekitar 10 persen lebih tinggi mengalami kecelakaan fatal," kata Sam Monfort, Ahli statistik IIHS, dikutip dari Carscoops.
Ia menambahkan, mengemudi lebih cepat itu lebih berbahaya, karena tidak bisa mengukur kecepatan.
Meski begitu, studi ini tidak memperhitungkan beberapa faktor yang mampu meningkatkan keselamatan dengan adanya fitur cruise control adaptif.
Baca Juga: Hasil Studi: BMW Mitra Apple yang Tepat dalam Kembangkan Mobil Listrik
IIHS juga mencatat bahwa penelitian telah menunjukkan cruise control adaptif mampu menurunkan risiko tabrakan karena sistem akan mengontrol kendaraan lebih berjarak terhadap kendaraan lain.