Suara.com - Menteri Transportasi Singapura, Ong Ye Kung mengumumkan tak lagi memberi izin terhadap peredaran mobil diesel mulai 2025.
Dalam keterangannya, beliau menyebutkan bahwa kendaraan bermotor di Singapura mengeluarkan sekitar 6,4 juta ton karbon dioksida (CO2) per tahun.
Nah, jika kendaraan ringan termasuk mobil dan taksi beralih ke listrik, total pengurangan karbon dioksida akan menjadi sekitar 1,5 hingga dua juta ton per tahun.
"Pengurangan ini sekitar 4 persen dari total emisi nasional kami. Jadi pengurangan ini bukan tidak signifikan," ujar Ong Ye Kung, seperti dikutip dari The Star.
Baca Juga: Mitos atau fakta, Mobil Diesel Lebih Kuat Terobos Banjir
Disebutkannya, pelarangan pendaftaran mobil diesel baru akan membuka jalan bagi kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Karena model diesel lebih berpolusi.
Di Singapura, kendaraan diesel kebanyakan adalah kendaraan barang dan bus. Di antara mobil penumpang, model diesel hanya mencapai 2,9 persen dari populasi 2020 dengan jumlah 634.042 unit.
Taksi biasanya menggunakan bahan bakar diesel, tetapi lebih dari setengahnya telah beralih ke model hibrida. Pada akhir 2020 hanya tersisa 41,5 persen dari 15.678 taksi yang masih bertenaga diesel.
Sebaliknya, 95,8 persen dari 140.783 kendaraan barang dan 99,4 persen dari 18.912 bus menggunakan solar.
"Skema emisi kendaraan komersial baru yang akan dimulai bulan depan dirancang untuk membujuk pemilik kendaraan komersial ringan dengan total 68,9 persen dari semua kendaraan barang, untuk beralih ke bahan bakar yang lebih bersih," tutup Menteri Transportasi Singapura.
Baca Juga: Gara-gara Sopir Truk Lama Antre Tes Covid-19, Ribuan Ayam Mati Lemas