Suara.com - Era mobil listrik yang diproyeksikan sebagai kendaraan masa depan semakin mendekat. Oleh karena itu tak heran bila setiap pabrikan mulai mengembangkan tunggangan dengan energi non minyak bumi atau energi bersih ini demi memenuhi permintaan pasar.
Meski lebih ramah lingkungan, kehadiran mobil listrik bukan tanpa celah. Biaya produksi baterai yang mahal menjadi salah satu alasan perkembangan mobil listrik belum begitu besar-besaran.
Selain itu, baterai dari limbah baterai juga dianggap menjadi ancaman terhadap pencemaran lingkungan.
Melansir Carscoops, Nissan sebagai salah satu produsen mobil listrik berinovasi untuk mengelola limbah dari baterai kendaraan terektrifikasi.
Baca Juga: Aplikasi Charge.IN Permudah Monitoring Baterai Motor dan Mobil Listrik
Pembuat mobil asal Jepang itu memilih untuk bekerja sama dengan 4R Energy terkait pengelolaan baterai mobil listrik setelah masa pakainya habis.
Adapun sistem pengelolaannya secara sederhana adalah sebagai berikut:
- Baterai mobil listrik yang umurnya sudah habis dikategorikan ke dalam tiga tingkatan dari A sampai C.
- Jenis A adalah sisa baterai mobil listrik yang masih cukup baik dan masih dapat digunakan kembali sebagai baterai mobil listrik.
- Baterai sisa mobil listrik jenis B masih cukup baik digunakan untuk penggunaan penyimpan energi yang lebih kecil.
- Baterai sisa mobil listrik jenis C masih cukup bagus untuk penyimpanan energi darurat seperti genset.
Nissan juga menjanjikan baterai sisa mobil listrik yang masih bagus akan memberikan nilai lebih baik.
Solusi ini diuji oleh 4R di Pulau Yumeshima. Saat uji coba, baterai lithium-ion dari 16 mobil listrik disiapkan untuk mengatasi fluktuasi energi dan menyimpan energi yang dikumpulkan oleh pembangkit listrik tenaga surya.
Tidak hanya berhenti sampai penggunaan kembali baterai mobil listrik, Nissan juga bergabung dengan produsen mobil lain dalam mencari cara mendaur ulang baterai paling mutakhir.
Baca Juga: Volkswagen Rencanakan Membangun Pabrik Daur Ulang Baterai Mobil Listrik