Indonesia Battery Holding Ingin Jadi Pemain Global di 2025

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 01 Februari 2021 | 23:19 WIB
Indonesia Battery Holding Ingin Jadi Pemain Global di 2025
Honda memperkenalkan mobil listrik mereka dalam pameran di 64th Internationale Automobil Ausstellung (IAA), Frankfurt, Jerman, 25 September 2011. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Empat BUMN yang tergabung dalam Indonesia Battery Holding (IBH) menargetkan bisa menjadi pemain global industri baterai kendaraan listrik pada 2025.

Keempat BUMN itu yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

"BUMN memiliki ambisi besar untuk mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik pada 2025 menjadi, pertama, pemain global material produk hulu atau nikel sulfat," kata Ketua Tim Percepatan Proyek Electric Vehicle (EV) Battery Agus Tjahajana dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Senin (1/2/2021).

Untuk bisa menjadi pemain global produk nikel sulfat, target produksi olahan mineral itu dipatok sebanyak 50.000 ton hingga 100.000 ton per tahun guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

Baca Juga: Indonesia Proyeksikan 17 Miliar Dolar AS untuk Investasi Baterai Listrik

Kedua, BUMN itu ingin menjadi pemain global untuk produk antara (katoda) baterai dengan target produksi prekursor sampai dengan katoda sebesar 120 ribu hingga 240 ribu ton per tahun. Produksi produk tersebut akan digunakan utamanya untuk industri dalam negeri dan ekspor.

"Ketiga, menjadi pemain hilir regional dan domestik di EV battery sehingga bisa menggerakkan jadi pusat manufacturing kendaraan berbasis EV di Asia Tenggara," kata Agus yang juga merupakan Komisaris Utama MIND ID.

Agus menjelaskan potensi jika Indonesia menjadi pemain global baterai kendaraan listrik yang bisa menghasilkan 26 miliar dolar AS pada 2030.

Selain itu, diproyeksi ada penyerapan sekitar 23.500 tenaga kerja Indonesia dari pengembangan industri baterai kendaraan listrik dari hulu sampai hilir. Ia juga mencatat ada peningkatan neraca perdagangan hingga sekitar 9 miliar dolar AS dengan pengembangan industri tersebut.

"Potensi dampak dari ekosistem baterai EV bila Indonesia jadi pemain global akan menghasilkan sekitar 26 miliar dolar AS pada 2030 dengan asumsi kapasitas produksi 140 GWh. Tenaga kerja juga bisa dibangkitkan sekitar 23.500 orang dengan peningkatan neraca perdagangan sekitar 9 miliar dolar AS," pungkas Agus. [Antara]

Baca Juga: Menhub Apresiasi Aplikasi Charge.In dari PLN

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI