Suara.com - Di setiap negara, tentu mereka memiliki alat transportasi umum yang punya ciri khas masing-masing.
Jika negara barat tak asing dengan banyaknya taksi, maka di negara berkembang, khususnya di Indonesia, juga tak bisa jauh-jauh dari yang namanya ojek.
Beralih ke Afrika, adanya pandemi virus corona memicu membeludaknya jumlah ojek.
Dilansir dari Rideapart, Kamis (14/1/2021), adanya kesulitan untuk mencari pendapatan membuat banyak orang banting setir menjadi sopir taksi motor tersebut.
Baca Juga: Tantangan Atenx Katros: Ikut Proyek Sepeda Motor Listrik BL-SEV01
Mirisnya, tak cuma orang dewasa, anak-anak pun juga banyak yang putus sekolah, dan menjadi ojek demi mencari penghidupan.
Ternyata, anak-anak lebih suka menghabiskan waktu mereka di luar bekerja, dan mengantarkan pengiriman makanan serta orang-orang dari titik A ke titik B, daripada tinggal di rumah tanpa melakukan apa-apa.
Fenomena ini dipadukan dengan kehadiran sepeda motor China dengan harga terjangkau di wilayah tersebut, membuat anak-anak berusia lima belas tahun terpikat untuk membeli motor mereka sendiri sebagai investasi untuk mencari nafkah.
Sekarang, ini semua mungkin tampak baik dan bagus, tetapi kisah tersebut menyoroti masalah potensial yang bisa terjadi dalam jangka panjang.
Tentu saja, kunci untuk wilayah berkembang adalah pendidikan. Dunia tidak akan seperti sekarang ini jika bukan karena pemikiran brilian yang telah membentuk industri.
Baca Juga: Ikut Garap BL-SEV01, Atenx Katros Sebut Motor Listrik Tantangan Baru
Fakta bahwa persentase besar pemuda Afrika menyimpan buku-buku mereka demi mengangkut orang atau melakukan pengiriman dengan motor mengindikasikan bahwa anak-anak ini tidak akan menerima pendidikan yang mereka butuhkan.