Di Masa Carlos Ghosn, Nissan Pernah Mengalami Salah Strategi Bisnis

Rabu, 30 Desember 2020 | 21:05 WIB
Di Masa Carlos Ghosn, Nissan Pernah Mengalami Salah Strategi Bisnis
Ilustrasi logo Nissan (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Chief Operating Officer (COO) Nissan Ashwani Gupta mengungkapkan Nissan sempat salah strategi saat berada di bawah kepemimpinan Carlos Ghosn.

Sosok Carlos Ghosn saat ini adalah kontroversial mengingat ia tengah menjalani peradilan di Jepang namun melarikan diri menuju Lebanon, tanah kebangsaannya, dalam sebuah misi dramatis. Melibatkan mantan anggota pasukan komando khusus Amerika Serikat.

Carlos Ghosn dituduh membuat laporan hasil pendapatan yang diperkecil serta memasukkan hutang pribadi ke rekening tempatnya bekerja.

Namun di balik itu, Carlos Ghosn adalah seseorang yang dahulu mampu menyelamatkan Nissan dari kebangkrutan, bahkan membuat penyatuan tiga perusahaan di bawah bendera Renault-Nissan-Mitsubishi Alliance, atau Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi.

Baca Juga: Kaleidoskop Oto: Mobil Listrik Hyundai-Nissan-Toyota di Pasar Nasional 2020

Dalam perhelatan Festival Film Cannes 2018, orang nomor satu Renault saat itu, Carlos Ghosn hadir, didampingi istrinya Carole Ghosn, menyaksikan pemutaran film "Ash is Purest White" [AFP/Alberto Pizzoli].
Carlos Ghosn dan istrinya Carole Ghosn, saat menyaksikan pemutaran film "Ash is Purest White" di Festival Film Cannes, Prancis 2018. Saat itu ia menjabat sebagai pimpinan Nissan dan Renault [AFP/Alberto Pizzoli].

Saat itu produsen otomotif asal Jepang ini mentargetkan mampu mencapai 8 persen pangsa pasar global dan 8 persen margin keuntungan.

Namun kenyataannya, pangsa pasar Nissan hanya mencapai 5,8 persen. Selain itu, perusahaan juga kehilangan biaya operasional 40 juta yen, serta merugi 671 juta yen pada tahun fiskal terakhirnya.

"Kami terlalu cepat berekspansi guna mengantisipasi pertumbuhan di pasar otomotif global dan performa penjualan. Tapi itu semuanya tak bisa terlaksana," ujar Ashwani Gupta seperti dikutip dari Paultan.

Ia menambahkan, saat ini Nissan memiliki banyak mobil tua dan banyak model yang sulit untuk dikelola. Namun kembali soal prinsip bisnis, bila tidak mencatat keuntungan, maka tak akan ada mobil baru.

"Itu sesuai prinsip Nissan sekarang, kami akan lebih rasional," kata Ashwani Gupta.

Baca Juga: Best 5 Oto: Pecahkan Kode Rahasia Rolls-Royce, Pakar Autopilot Tesla

Hasil terbaru, Nissan telah merilis sejumlah strategi di bawah Nissan NEXT, from A to Z. Ashwani Gupta pun menjadi salah satu bagian yang menyusun strategi ini.

Dalam strategi baru tadi terlihat bahwa perusahaan sangat agresif melakukan pemangkasan biaya dengan menutup sejumlah pabrik di Spanyol dan Indonesia.

"Yang jelas Eropa bukan salah satunya. Amerika, China, dan Jepang merupakan pasar terbesar kami," tutup Ashwani Gupta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI