Suara.com - Sebuah penelitian baru-baru ini telah mengungkapkan, kurangnya aksesibilitas bagi pengendara penyandang cacat di stasiun-stasiun pengisian kendaraan listrik di Inggris.
Sebuah studi dilakukan terhadap 2.200 pengemudi mobil listrik dengan layanan pengisian Zap-Map dan Motability, menemukan dua dari tiga pengemudi yang disabilitas mengalami kesulitan menggunakan perangkat pengisian daya.
Satu dari tujuh mengatakan mereka memiliki masalah dengan berat kabel untuk menyambungkan ke kendaraan listrik (EV). Sementara beberapa pengguna juga mengalami kesulitan mengerahkan tenaga, yang diperlukan untuk memasang konektor.
Pengemudi penyandang disabilitas lainnya juga mencatat masalah, dengan kurangnya trotoar untuk berpijak di sekitar titik pengisian dan pengaturan parkir yang tidak sesuai.
Baca Juga: Perusahaan Baterai Asal China Siap Investasi di Indonesia
“Inggris menyaksikan dimulainya revolusi kendaraan listrik dengan jutaan mobil tanpa emisi akan muncul di jalan kita dalam waktu dekat,” kata Dr Ben Lane, Zap-Map, dikutip dari Motor1, Kamis (24/12/2020).
Ia menambahkan, bisnis dan operator titik pengisian harus lebih fokus pada upaya meningkatkan aksesibilitas dan merancang titik pengisian, yang dapat memudahkan semua orang.
“Banyak penyandang disabilitas akan berpikir untuk berinvestasi dalam kendaraan listrik tetapi dapat terhambat oleh kurangnya aksesibilitas di lokasi titik pengisian daya publik,” sambung Ben Lane.
Sementara itu, Catherine Marris, pemimpin inovasi di Motability, mengatakan aksesibilitas harus menjadi "prioritas" ketika mempertimbangkan infrastruktur pengisian mobil listrik.
“Kami tahu bahwa satu dari lima orang di Inggris adalah penyandang disabilitas dan penelitian terbaru Motability memperkirakan bahwa akan ada 2,7 juta pengemudi atau penumpang cacat pada 2035, dengan 1,35 juta diharapkan sebagian atau seluruhnya bergantung pada infrastruktur pengisian publik,” katanya.
Baca Juga: Ini Jajaran Mobil Listrik yang Masuk Indonesia di 2020
Lebih lanjut, ditegaskan Catherine, jika ingin bekerja menuju masyarakat dan ekonomi yang inklusif untuk semua, maka aksesibilitas harus menjadi prioritas.
“Kami berharap dapat mulai bekerja dengan industri dan pemerintah untuk berinovasi solusi untuk mengatasi tantangan aksesibilitas,” tutup Catherine.