Suara.com - Perusahaan bernama ARCCA yang memiliki spesialisasi dalam bidang rekonstruksi kecelakaan mobil dan analisis forensik belum lama ini mengungkap bila sejumlah produsen mobil telah menyadap data pribadi konsumen. Tentunya secara diam-diam.
Dengan bantuan laptop, beberapa peranti software, sekumpulan papan sirkuit, soket dan obeng, James Mason dari ARCCA berhasil menemukan beberapa komputer yang saling berhubungan serta mampu menghasilkan 25 gigabyte data per jam dari semua sensor kendaraan.
Ia bahkan menemukan hal-hal seperti lokasi mobil, cara mengemudi, panggilan telepon yang terhubung dengan mobil, kontak yang menyertakan alamat, email, dan bahkan foto pemilik kontak. Serta mengekstrak data dari sistem infotainment bekas Chevrolet Volt 2017 yang dibelinya melalui eBay.
James Mason berhasil menemukan data pemilik sebelumnya yang secara teratur menelepon seseorang dengan nama "Sweetie" di kontaknya. Kemudian bisa pula diketahui lokasi membeli bensin, sering makan di restoran asal China dan menggunakan ponsel Samsung Galaxy Note.
Baca Juga: Kejar Tesla, Volkswagen Percepat Peralihan ke Kendaraan Listrik
"Foto pribadi "Sweetie" juga bisa diambil dari sistem," kata James Mason dikutip dari Autoevolution.
Ahli "hacker" ARCCA itu mengungkapkan bahwa dia telah meretas Ford yang merekam lokasi mereka, meski saat itu sistem navigasi tidak digunakan dan sebagian besar pemilik juga tidak menyadari.
Sebagai gambaran, General Motors sendiri memiliki sekitar 11 juta mobil yang dilengkapi koneksi 4G-LTE, sementara hampir semua model seperti Audi, BMW, Toyota, Volkswagen, dan Mercedes-Benz baru sudah menggunakan konektivitas internet.
Bahkan model Tesla terbaru tidak hanya terus terhubung ke pembuat mobil melalui internet tetapi mampu mengumpulkan video dari lingkungan sekitar. Dan tentu saja tak hanya carmaker ini yang melakukan hal demikian.
"Banyaknya sensor dan kamera pada mobil modern mampu terus mengirim data (terenkripsi) kembali ke server pembuat mobil yang dapat disebut memiliki semua data itu dan mendapat apa yang mereka inginkan," terang James Mason.
Baca Juga: Bos Ford Pertimbangkan Produksi Baterai Kendaraan Listrik
Sudah terbukti bahwa mobil modern dapat diretas, dan Internet of Things (IoT) dapat membuka peluang ke tingkat ancaman terhadap data pribadi konsumen. Peretasan jarak jauh tidak hanya dapat membuka pintu ke pemilik mobil tetapi mampu mengontrolnya dari jarak jauh karena banyak mobil baru hadir dengan kontrol drive-by-wire, yang pada dasarnya seperti teknologi robot di atas roda.
Lebih lanjut, ditegaskan James Mason, bahwa ia tidak berbicara tentang perbudakan oleh robot, tetapi perlu diingat bila ada potensi buruk dari teknologi mobil modern.
"Siapa sebenarnya yang mengontrol tujuan semua data yang dikumpulkan oleh mobil masa kini dan bagaimana penggunaannya. Tidak ada undang-undang yang secara eksplisit melarang pembuat mobil menjualnya kepada individu pihak ketiga. Juga tidak ada cara untuk mengetahui apakah server pembuat mobil bisa diretas," tutup James Mason.