Suara.com - Direktur Operasi Astra Tol Cipali, Agung Prasetyo membeberkan, berdasarkan kajian Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) ada dua faktor yang menjadi penyebab kecelakaan di jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang membentang sepanjang 116,75 kilometer.
Faktor pertama, menurut Agung adalah faktor kelelehan. Sebab posisi tol Cipali merupakan titik tengah pengemudi dari arah Jakarta dan sekitarnya sebelum menuju kota tujuan.
"Dari Jakarta biasanya pengemudi sudah kena macet. Masuk tol Cipali sudah lowong dan akhirnya mereka memacu kendaraan. Padahal sebenarnya kondisi badan sudah lelah," ujar Agung, di tol Cipali pekan ini.
Sedangkan faktor kedua adalah adanya perbedaan kecepatan dari setiap kendaraan yang melintas. Karena tidak sedikit kendaraan yang melintas dengan beban berat sehingga berjalan lambat.
Baca Juga: Rest Area Tol Cipali Akan Dilengkapi Stasiun Pengisian Mobil Listrik
Berdasarkan data dari riset Astra Tol Cipali, sambung Agung, kendaraan golongan 1 saat melintasi jalur tersebut kecepatan rata-ratanya bisa mencapai 137 kilometer per jam.
Sementara itu, truk dengan ukuran besaar biasanya melaju sangat pelan dan rata-ratanya hanya 29 kilometer per jam.
"Bisa dibayangkan jika mobil kecil itu kencang, lalu di depan ada truk pelan, bisa jadi enggak sempat menghindar atau mengerem. Sehingga, tabrak belakang ini memang cukup besar," ungkapnya.
Jalan Tol Cipali, yang membentang dari Cikopo, Purwakarta hingga Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dikenal sebagai jalan rawan kecelakaan. Menurut pengelola, kecelakaan di ruas Tol Cipali sampai Oktober 2020 berjumlah 628, turun 13 persen dari tahun lalu.
Untuk menekan angka kecelakaan, Astra Tol Cipali menerapkan program 3E yang berupa education, engineering, dan enforcement. Dari sisi edukasi pengelola terus melakukan kampanye keselamatan secara masif. Termasuk juga dengan memasang Variable Message Sign dan video trone yang bisa diakses masyarakat.
Baca Juga: Bikin Merinding! Kecelakaan Truk di Tol Cipali, Kondisinya Mengenaskan