Suara.com - Harga mobil listrik yang terlalu mahal menghambat perkembangannya di Indonesia, meski pemerintah sudah menjanjikan insentif, demikian dikatakan Riyanto, Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
"Kalau kita lihat dan bandingkan kendaraan konvensional selisihnya harganya jauh. Teknologi baru ini akan diterima kalau harganya tidak terlalu jauh. Jadi dia (masyarakat) akan menghitung itu," ujar Riyanto dalam sebuah diskusi virtual baru-baru ini.
Riyanto menjelaskan untuk membuat masyarakat tertarik beralih ke mobil listrik, sebaiknya harga yang ditawarkan tidak terlalu jauh dari harga mobil bensin.
"Jadi kalau untuk PHEV supaya dia menarik available buat konsumen bikin saja 10 persen di atas bensin. Tapi tentu saja ini butuh subsidi besar," katanya.
Baca Juga: Tren Mobil Listrik Diprediksi Akan Ganggu Industri Komponen Otomotif
Riyanto mengamati, posisi mobil listrik di Indonesia yang saat ini dijual masih berada di segmen atas. Coba bikin kelas yang mobil sejuta umat, jadi masuk di segmen mobil MPV sehingga harganya mungkin bisa lebih kompetitif.
Kalau seperti Hyundai Ioniq sebenarnya terlalu mewah untuk Indonesia. Banyak fasilitas dan fitur yang bakal tidak digunakan .
"Kita memang sebenarnya untuk lokal production mungkin harga mobil yang sekelas Avanza bisa Rp 300 juta. Jadi harganya bisa tidak jauh dari itu mungkin tapi sudah listrik. Jadi kelihatan mobil listrik mungkin tapi segmen bawah," tutup Riyanto.