Suara.com - "Orang-orang selalu ingin bepergian dengan cepat, sejak manusia pertama yang berlari melintasi dataran dengan menunggang kuda," kata Mike Bannister.
Dan mereka harus tahu bahwa Bannister menerbangkan pesawat Concorde dengan British Airways selama 22 tahun.
Sebagai kapten senior Concorde di maskapai itu, ia menjadi pilot penerbangan komersial terakhir ke London pada Oktober 2003, dan kemudian penerbangan terakhir yang mengantarkan satu pesawat Concorde ke salah satu museum di Bristol, Inggris.
Hampir dua dekade kemudian, dunia kembali semakin mendekati pencapaian untuk memiliki jet penumpang yang dapat terbang lebih cepat dari kecepatan suara.
Baca Juga: Valentino Rossi Positif Corona, Recovery di Tavullia Ditemani Sahabatnya
Bulan ini, Boom Supersonic meluncurkan pesawat uji supersonik XB-1. Ini adalah pesawat supersonik sipil pertama sejak Tupolev TU-144 milik Uni Soviet pada 1968.
- Tren teknologi 2020: pesawat luar angkasa dan layar telepon yang bisa dilipat
- Rencana mobil terbang Skydrive dapat dukungan Toyota
- Jet termahal di dunia F-35 alami kecelakaan pertama dalam sejarahnya
Mesin yang kurus dan tajam akan memungkinkan Boom untuk mengonfirmasi aspek desain Overture yang diusulkan, yakni proyek bersayap delta yang jauh lebih elegan yang menggemakan unsur-unsur desain Concorde.
Overture dimaksudkan untuk mengangkut antara 65 dan 88 penumpang melintasi rute samudera, serta mengamankan populasi manusia dari ledakan supersonik yang dihasilkan oleh kecepatan Mach 2.2.
Sementara, NASA memiliki pesawat uji yang lebih eksentrik, yaitu sebuah X-59 yang kurus. Ini akan terbang pada 2022, dan sekaligus berlomba untuk menempati posisi pertama dalam penerbangan supersonik berkelanjutan di udara.
Hal ini juga berarti menemukan cara untuk menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, ledakan supersonik.
Baca Juga: New Rolls-Royce Ghost Extended, Kabin Serasa Pesawat Jet Pribadi
Lalu ada Aerion, yang mengklaim desain AS2-nya akan menawarkan penerbangan supersonik sipil pada akhir dekade ini.
Tetapi dengan hanya delapan hingga 10 penumpang, AS2 ditujukan untuk pasar yang sama sekali baru, yaitu untuk perjalanan bisnis supersonik.
Bannister mengatakan penting untuk dipahami bahwa jet-jet ini bukanlah saingan, tetapi pendatang baru di sektor penerbangan komersial yang sangat berbeda.
"Dengan AS2, Aerion berharap dapat terbang melalui darat dengan kecepatan Mach 1.4, dan menghasilkan ledakan supersonik yang rendah. Boom ingin melintasi lautan dengan kecepatan Mach 2.2 dan menurut saya itulah pasar yang lebih kuat," katanya.
Satu masalah teknik yang harus diatasi oleh semua pesawat ini adalah bagaimana udara tertelan oleh mesin dengan kecepatan tinggi.
Menelan udara dengan kecepatan supersonik menimbulkan masalah bagi semua mesin pesawat. Intake, atau pemasukan, dirancang untuk memecah aliran udara dan menguranginya ke kecepatan yang dapat diatasi oleh mesin.
Ini adalah area yang sangat sensitif, yang bahkan menyebabkan perpecahan Anglo-Prancis pada saat Concorde pensiun. Air France menghentikan armadanya, tetapi British Airways ingin agar pesawat itu tetap terbang.
"Salah satu alasan Airbus, yang mengambil alih otoritas atas desain Concorde, tidak memberi kami kewenangan desain secara penuh untuk terus menerbangkannya adalah karena desain intake masih dirahasiakan," kata Bannister.
Industri kedirgantaraan sedang mengalami penurunan tajam saat ini, yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Maskapai penerbangan telah menunda atau membatalkan pesanan sebagai tanggapan atas penurunan jumlah penumpang.
Jadi, apakah akan ada permintaan untuk jet supersonik?
"Pertanyaan besarnya adalah bagaimana penerbangan akan berjalan dengan baik setelah COVID-19. Ada teori bahwa perjalanan bisnis tidak akan kembali ke tingkat sebelumnya. Tetapi bagi orang kaya, status itu penting," kata Bannister.
Menurutnya, prestise penerbangan supersonik bisa menggaet penumpang-penumpang ini dari jet bisnis sub-sonik.
AS2 Aerion sedang dibangun di Florida dekat Cape Canaveral di tempat yang oleh penduduk setempat disebut Space Coast.
Perusahaan itu bertaruh bahwa jet bisnis bermesin tiga, yang akan membawa segelintir orang di dunia dengan kecepatan 1.000 mil per jam, adalah yang ditunggu-tunggu oleh para pelancong bisnis.
Mereka bertujuan agar jet itu mulai terbang pada 2027.
Perusahaan-perusahaan yang mengoperasikan armada jet bisnis menawarkan berbagai pilihan desain, dan Aerion melihat AS2 sebagai tambahan yang berharga untuk rangkaian pilihan tersebut. Tujuannya adalah menjual 300 pesawat selama 10 tahun.
Aerion memperoleh kredibilitas ketika raksasa kedirgantaraan Boeing menyumbang dengan mengambil kepemilikan minoritas di perusahaan itu dan menempati dua kursi di dewan Aerion.
Demikian juga, Boom membanggakan mantan eksekutif dari kontraktor pertahanan Lockheed Martin di dewan penasihatnya.
"Ini bukan pertanyaan soal 'jika', ini pertanyaan tentang 'kapan'," kata Chad Anderson, presiden Jetcraft, yang membeli, menjual, dan memberi nasihat tentang jet pribadi.
"Komoditas paling berharga yang kita miliki adalah waktu." Dia mengatakan bahwa rute seperti London ke New York atau Dubai cocok untuk teknologi ini.
Namun terlepas dari niat Boom untuk terbang supersonik di atas laut dan keyakinan Aerion bahwa penerbangan Mach 1.4 dapat ditoleransi melalui darat, pengartur regulasi AS belum mencabut larangan perjalanan supersonik sipil.
Jadi ada banyak sekali lobi politik yang harus dilalui dan X-59 NASA akan memainkan peran besar dalam hal ini.
Yang penting, partisipasi nama-nama besar seperti pembuat mesin GE dan Boeing telah mengubah arah setelah tahun-tahun sebelumnya ketika desain supersonik masih spekulatif. "Ini adalah pemain yang nyata dan mampu," kata Anderson.
NASA merasa bahwa ledakan sonik masih menjadi tantangan terbesar dalam meningkatkan dan menjalankan kembali perancangan penerbangan penumpang secara supersonik. Meskipun tumpang tindih dengan tujuan XB-1, kandidat NASA sendiri dalam penelitian supersonik, yaitu X-59, adalah rancangan yang sangat berbeda.
Dengan bentuk pesawat bagaikan sebuah pensil panjang dengan sayap delta yang diapit di antara foreplanes (dikenal sebagai canard) dan permukaan ekor, ditambah kokpit pilot yang terkubur jauh di sisi belakang bagian hidung, X-59 adalah bidikan untuk mengembangkan teknologi yang akan membuat lebih banyak penumpang menjalani perjalanan supersonik di masa depan.
Dengan batas Mach 1.4, X-59 akan mencari tempat di profil penerbangannya di mana ledakan sonik hampir tidak menyentuh tanah sama sekali.
Ini semua terkait gelombang-N, yang dinamai menurut bentuk N dari tanda tekanan yang kami alami saat ledakan sonik turun dari tempat tinggi. X-59 berusaha untuk memungkinkan pengatur reguulasi menentukan tingkat boom yang dapat ditoleransi.
Dengan rencana penerbangan pada tahun 2022, bentuknya meliputi guncangan sonik di sepanjang badan pesawat yang memanjang, sehingga meminimalkan dampaknya di permukaan tanah.
Pada tahun 2024, bentuk unik ini akan meluncur melalui penghalang suara di seluruh wilayah tertentu di AS, sementara penduduk di bawah diteliti tentang reaksi mereka terhadap kebisingan yang ditimbulkannya.
Kamera definisi tinggi adalah bagian dari paket karena pilot perlu melihat melampaui bagian hidung pesawat yang panjang dan menghalangi penglihatannya di depan.
Ini adalah cerminan dari Concorde, yang menampilkan desain hidung unik yang terkenal, pelindung yang diturunkan untuk visibilitas saat lepas landas dan mendarat tetapi dinaikkan selama penerbangan.
Namun, teknik ini harus memuaskan Bannister. Dan penampilan eksentrik X-59 dan XB-1 membuat Concorde menjadi pemenang dalam hal tampilan.
Keindahannya menciptakan kekaguman yang bertahan hingga hari ini. "Concorde menyenangkan kedua sisi otak, artistik dan ilmiah," pilot veteran Concorde itu menyimpulkan.