Suara.com - Kecelakaan lalu lintas sejauh ini masih menjadi salah satu penyumbang angka mortalitas atau kematian terbesar di Amerika Serikat. Status lockdown atau penyekatan wilayah selama masa pandemi COVID-19 berhasil menekan jumlah kecelakaan dalam beberapa bulan terakhir.
Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (atau National Highway Traffic Safety Administration, NHTSA) melaporkan tingkat mortalitas 1,42 kematian per 100 juta mil dalam tiga bulan April-Juni atau sekitar 30 persen tertinggi sejak 2005.
Di saat lockdown, mortalitas akibat laka atau kecelakaan lalu lintas secara keseluruhan turun 3,3 persen menjadi 8.870. Sementara jumlah kendaraan di jalan turun sekitar 26 persen, atau lebih 302 mortalitas berkurang dibandingkan periode yang sama pada 2019.
Soal laka lantas, NHTSA menunjukkan pengemudi yang tetap berada di jalan terlibat dalam perilaku yang lebih berisiko, termasuk mengebut, tidak memakai sabuk pengaman, dan mengemudi di bawah pengaruh obat-obatan atau alkohol.
Baca Juga: Angka Kematian Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Melonjak 33 Persen
"Kami belum pernah melihat tren seperti ini, dan kami merasakan urgensi untuk mengambil tindakan dan membalikkan kondisi secepat mungkin," kata James Owens, Deputi Administrator NHTSA, dikutip dari Carscoops.
Ia menambahkan, kondisi jalan yang sepi justru mengundang orang untuk berkendara penuh risiko seperti ngebut dan mengemudi tanpa aturan.
Sebaliknya, tingkat kematian untuk 2019 hanya 1,10 kematian per 100 juta mil, tingkat terendah sejak 2014 karena kematian lalu lintas turun 2 persen menjadi 36.096 kasus.
Selain itu data lalu lintas mencatat kecepatan rata-rata meningkat dan kecepatan ekstrem menjadi lebih umum. Data dari beberapa negara bagian menunjukkan bahwa lebih sedikit orang yang memakai sabuk pengaman selama masa lockdown.
"Singkatnya, imbauan untuk tetap di rumah mungkin telah menyebabkan populasi pengemudi selama puncak krisis kesehatan menjadi lebih kecil. Tetapi tidak sedikit pengemudi yang berkendara dengan penuh risiko," tutup James Owens.
Baca Juga: Kenapa Sekarang Lalu Lintas Jakarta Tak Semacet Dulu Lagi?