Suara.com - Mengenakan sabuk pengaman atau masker dapat membantu menyelamatkan nyawa, tapi mengapa beberapa orang masih menolak untuk mengenakannya, bahkan memprotes peraturan yang mewajibkannya?
Kini, banyak yang membandingkan protes pemakaian masker dengan sabuk pengaman.
"Saya hanya membenci mereka," kata seorang perempuan ketika ditanya mengapa dia menolak memakai sabuk pengaman.
"Saya rasa saya membenci mereka karena Anda diminta harus memakainya, dan saya pikir itu lebih merupakan perintah"Anda wajib memakainya", jadi saya tidak menginginkannya."
Baca Juga: Terciduk Saat Razia Masker, Pengendara Ini Berkilah Tertutup Helm Cakil
"Menurut saya, apakah Anda lelaki atau perempuan, itu adalah bentuk dominasi," jawab lelaki di sebelahnya. Saya yang bertanggung jawab dengan hidup saya, Anda tidak bisa memberi tahu saya apa yang harus saya lakukan.
Dua orang yang diwawancarai di atas adalah pengemudi Inggris yang menyatakan tidak memakai sabuk pengaman di mobil pada 2008, meskipun di Inggris warga diwajibkan mengenakan sabuk pengaman di kursi depan sejak 1983 dan di kursi belakang sejak 1991.
- Masker satu lapis 'tidak efektif' mengurangi penyebaran virus corona, 'panduan pemakaian masker harus jelas'
- WHO: 'Anak berusia 12 tahun ke atas perlu memakai masker'
- Presiden Rodrigo Duterte meminta warganya mencuci masker dengan bensin
Alasan seperti itu mungkin Anda dengarkan dari para pengunjuk rasa yang menolak untuk memakai masker saat berada di depan umum selama pandemi.
Keberatan mereka bukan hanya tentang kenyamanan, atau bahkan keraguan bahwa masker bisa menyelamatkan nyawa.
Selain itu, ada juga alasan kebencian karena diberitahu apa yang harus diperbuat oleh pihak berwenang.
Baca Juga: Masker Scuba Tak Efektif Tangkal Covid-19, Ini Penjelasan Dokter RSA UGM
Selebriti telah menggunakannya untuk menunjukkan bahwa selalu ada orang-orang yang tak mau taat aturan.
Media telah menunjukkannya dalam upaya menjelaskan asal mula protes terhadap aturan-aturan yang dapat membantu mengendalikan penyebaran pandemi.
Pengenalan undang-undang pemakaian sabuk pengaman tidak sekuat aturan untuk memakai masker wajah. Penerapan peraturan itu berantakan dan lambat.
Awal yang tidak pasti
Meskipun bukti bahwa sabuk pengaman menyelamatkan nyawa tidak dapat disangkal, ada kalanya aturan yang mewajibkan penggunaannya tampak tidak pasti.
Produsen mobil, perusahaan asuransi, penegak hukum, politisi, dan pengemudi memiliki masing-masing dalam undang-undang sabuk pengaman.
Bagi pabrik mobil, masalahnya adalah biaya.
Pada saat itu mereka berharap sabuk pengaman diwajibkan karena harganya jauh lebih murah daripada kantong udara--teknologi lain dikampanyekan pelobi.
"[Jika sabuk pengaman diwajibkan], penganjur kantong udara, yang mengembang saat tabrakan untuk melindungi pengendara, khawatir perangkat itu tidak akan pernah digunakan secara luas," tulis New York Times pada 28 Februari 1985.
Sebanyak 65% orang Amerika menentang sabuk pengaman yang diwajibkan karena alasan kenyamanan.
Satu kantong udara di pertengahan tahun 1980-an harganya mencapai USD800, dibandingkan dengan beberapa dolar untuk sabuk pengaman.
Seandainya undang-undang mewajibkan semua mobil untuk memasang kantong udara, harga mobil baru akan meningkat sehingga menciptakan kejutan kecil di pasar.
Pengemudi paling menginginkan kenyamanan
Satu survei menemukan bahwa 86% orang Amerika mengakui bahwa sabuk pengaman menyelamatkan nyawa, sementara hanya 41% dari orang-orang itu yang benar-benar menggunakannya (survei lain menunjukkan jumlahnya bahkan lebih rendah di negara lain).
Sementara 65% orang Amerika menentang pemakaian sabuk pengaman secara wajib karena alasan kenyamanan.
Perusahaan asuransi lebih menyukai kantong udara daripada sabuk pengaman. Manfaat dari kantong udara adalah "pasif" - ia siap untuk menyelamatkan hidup Anda.
Jika kantong udara dipasang, pengemudi tidak punya pilihan apakah akan menggunakannya atau tidak, dan alat itu bisa mengurangi cedera dan kematian akibat kecelakaan juga ganti rugi perusahaan asuransi.
Polisi juga enggan menghentikan pengendara di jalan untuk menegakkan hukum.
Jadi mereka yang mendukung sabuk pengaman berhadapan dengan mereka yang pro kantong udara atau airbag.
Tapi perdebatan biasanya tidak berpusat pada penyelamatan lebih banyak nyawa.
New York adalah negara bagian AS pertama yang memperkenalkan undang-undang yang mewajibkan penggunaan sabuk pengaman di kursi depan mobil pada 1 Januari 1985, beberapa tahun setelah Inggris, Kanada, Prancis, dan Jerman.
Tapi undang-undang yang mewajibkan sabuk pengaman butuh waktu bertahun-tahun untuk diperkenalkan sepenuhnya.
Di beberapa negara, pengenalan aturan sabuk pengaman untuk pengemudi kursi depan dan penumpang kursi belakang berjarak puluhan tahun.
Jepang, misalnya, pertama kali membuat sabuk pengaman wajib digunakan pengemudi dan penumpang di kursi depan pada tahun 1971, tetapi untuk penumpang kursi baru diwajibkan tahun 2008.
Undang-undang itu juga tak diterapkan di semua wilayah atau negara bagian.
Misalnya di sebuah negara bagian AS, Anda diwajibkan mengenakan sabuk pengaman, tapi ketika melintasi negara bagian lain, Anda bisa melepasnya.
New Hampshire masih belum memiliki undang-undang yang mewajibkan orang dewasa untuk memakai sabuk pengaman.
Pendekatan membingungkan yang sama berlaku untuk intervensi kesehatan masyarakat lainnya, seperti pengenalan undang-undang helm sepeda motor.
Di AS, ada tiga negara bagian (Illinois, Iowa, dan New Hampshire) yang tidak mewajibkan helm pengendara sepeda motor untuk segala usia, tetapi wilayah itu berbatasan dengan negara bagian yang mewajibkan semua pengendara mengenakan helm.
Konteks budaya
Illinois adalah negara bagian lain yang memperkenalkan undang-undang sabuk pengaman pada tahun 1985. Jika seseorang tak mengenakan sabuk pengaman, itu dianggap sebagai pelanggaran kecil ketika aturan itu pertama kali diperkenalkan, dan dapat dihukum dengan denda hingga $ 25 saat itu.
Denda yang ringan menyiratkan bahwa aturan itu tidak akan ditegakkan secara ketat.
Petugas polisi juga mengumumkan secara terbuka bahwa mereka akan mengeluarkan denda hanya jika ada pelanggaran lain yang dilakukan pengendara mobil itu.
Undang-undang ini bahkan melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa melanggar undang-undang sabuk pengaman tidak dapat dianggap sebagai kelalaian, yang berarti perusahaan asuransi masih harus membayar jika seorang pengemudi mengalami kecelakaan dan terluka saat tidak mengenakannya.
Namun, empat pengendara yang didenda berdasarkan undang-undang itu mencoba untuk menguji aturan itu di pengadilan.
Ada preseden: ketika Illinois memberlakukan undang-undang yang mewajibkan pengendara sepeda motor memakai helm pada tahun 1969, Mahkamah Agung Illinois memutuskan aturan itu sebagai pembatasan kebebasan pribadi yang tidak konstitusional - sebuah keputusan yang masih berlaku sampai sekarang.
Namun pada kesempatan ini, pengadilan menjatuhkan putusan terhadap pengendara yang menguji undang-undang tadi.
Protes terhadap undang-undang sabuk pengaman tidak berarti bahwa orang Amerika secara keseluruhan mengabaikannya, meskipun mereka pada prinsipnya menolaknya.
Data yang dikumpulkan oleh pejabat federal di New York menunjukkan bahwa 70% pengendara kursi depan mematuhi undang-undang itu dua bulan kemudian.
Di Inggris, sekitar 90% pengendara dan penumpang di kursi depan mengikuti aturan setelah jangka waktu yang sama.
Ketika undang-undang di kedua negara diperbarui pada awal 1990-an untuk mewajibkan penumpang di kursi belakang memakai sabuk pengaman, efeknya kurang terlihat.
Di Inggris, sekitar 10% penumpang kursi belakang memakai sabuk pengaman sebelum perubahan undang-undang, kemudian angkanya meningkat menjadi 40% setelah pemberlakuan aturan baru.
Di negara lain ada lebih sedikit protes, tetapi kepatuhan jauh lebih rendah.
Pada akhir 1980-an, Serbia (dulu Yugoslavia) adalah salah satu negara dengan tingkat kematian di jalan raya tertinggi di Eropa.
Seperti AS, undang-undang yang mewajibkan penggunaan sabuk pengaman di Yugoslavia diberlakukan pada 1985, dan pelanggar dikenakan denda sebesarUSD75 dan aturan ini diberlakukan secara ketat.
Tapi, orang Yugoslavia masih jarang memakai sabuk pengaman.
Praktik umum bagi pengemudi dan penumpang di Yugoslavia, menurut penelitian pada saat itu, adalah menggantungkan ikat pinggang mereka di atas bahu tanpa memasang sabuk pengaman di tempatnya.
Meskipun itu berarti mereka sering menghindari denda, mereka tidak mengenakan sabuk untuk tujuan yang dimaksudkan.
Jika pengemudi tidak berniat memakai sabuk dengan benar, mengapa harus ke pengadilan? Tidak ada batasan pada kebebasan pribadi mereka jika sabuk bisa dipakai secara tidak benar.
Meskipun mekanisme pengadilan banyak digunakan di Yugoslavia, pengadilan digunakan demi keuntungan pribadi dan bukan untuk mengejar skor politik atau simbolik.
Di AS, yang terjadi justru sebaliknya. Menantang denda di pengadilan akan jauh lebih mahal daripada membayar biaya yang wajar, dan toh hanya sedikit orang yang didenda.
Ini mungkin pelajaran paling berguna ketika membandingkan undang-undang sabuk pengaman dan pemakaian masker: jumlah protes tidak signifikan dan mungkin dipengaruhi oleh seberapa banyak orang di suatu negara yang menghormati otoritas dan proses hukum.
Yang lebih penting adalah apakah orang mengikuti pedoman tersebut dan seberapa efektif mereka melakukannya.
Tampaknya, banyak orang mengikuti aturan penggunaan masker.
Di AS, sekitar 77% orang memakainya, dengan sedikit lebih banyak di Prancis dan sedikit lebih sedikit di Jerman (Inggris tertinggal di belakang negara-negara ini untuk waktu yang lama, sebelum menyusul pada akhir Juli dan sekarang 74% orang Inggris memakai masker di tempat umum).
Namun, tidak semua orang memakainya dengan benar.
Satu studi observasi terhadap 12.000 orang di wilayah Sao Paulo, Brazil, menemukan bahwa sekitar 30% orang yang memakai masker tidak memakai masker dengan benar sehingga hidung atau mulut mereka tak terlindung, meskipun makalah tersebut masih akan diterbitkan dalam jurnal akademis.
Intervensi kesehatan masyarakat, seperti pengenalan aturan yang mewajibkan masker membutuhkan waktu.
Kerangka hukum yang memungkinkan pengawasan aturan harus benar.
Tetapi waktu akan memaksa orang untuk menyesuaikan diri.
Sekitar tiga perempat pengemudi dan pengendara kursi depan mengenakan sabuk pengaman di Serbia sekarang - jauh lebih banyak dibandingkan 35 tahun yang lalu.
Seperti halnya masker, beberapa orang masih belum melakukannya dengan benar - hanya 10% penumpang kursi belakang yang mengenakan sabuk pengaman dengan benar - tetapi pemerintah Serbia terus mengkampanyekan penggunannya yang tepat.
Meskipun ada protes dari minoritas yang vokal, sikap terhadap masker berubah karena bukti menunjukkan bahwa intervensi akan membuat perbedaan dan seiring waktu orang yang taat aturan itu akan terus meningkat, seperti yang terjadi dalam kasus sabuk pengaman.
Anda dapat membaca artikel ini dalam bahasa Inggris dengan judul Why people object to laws that save lives di laman BBC Future.