Suara.com - Luca de Meo, Chief Executive Officer (CEO) Renault menyampaikan bila akan terjadi banyak pemangkasan biaya untuk mengembalikan kondisi perusahaan pasca diterpa pandemi COVID-19.
Pemangkasan yang dilakukan disebutkan mampu menyelamatkan keuangan perusahaan sebanyak 2 miliar euro, namun memaksa terjadinya pemutusan kerja karyawan yang mencapai 15 ribu orang, serta penyusutan produksi.
"Tujuannya adalah untuk kembali ke jalur yang benar dan menyelesaikan masalah kita yang paling mendesak secepat mungkin, perbendaharaan dan biaya," demikian tulis Luca de Meo dalam sebuah memo internal yang bocor, dikutip dari Automotive News.
Ia menambahkan, perusahaan perlu melangkah lebih jauh dari yang direncanakan. Upaya pemotongan biaya menjadi salah satu pilihan.
Baca Juga: Bertarung di Pasar SUV India, Renault Luncurkan Duster Turbo
Seorang juru bicara Renault mengatakan bahwa Luca de Meo saat ini memang tengah merencanakan untuk mengubah perusahaan dengan lebih fokus pada profitabilitas daripada volume penjualan semata.
Produsen mobil asal Perancis ini menyebutkan bahwa pada bulan Mei ambisi global perusahaan sedikit tidak realistis. Dan Renault harus menelan kerugian 7,29 miliar euro.
"Kami saat ini menyentuh dasar kurva negatif yang dimulai beberapa tahun lalu, dan mungkin bahkan lebih awal. Kami berada dalam situasi yang kompleks dan sulit," kata Luca de Meo terkait hasil keuangan Renault.
Untuk membalikkan keadaan, ia menyatakan Renault perlu mengambil keputusan yang terkadang sulit, tetapi perlu dan positif bagi perusahaan.
"Saya menggambarkannya sebagai revolusi. Revolusi ini, yang harus didorong oleh semua orang di perusahaan, baik kaum lelaki maupun perempuan. Dan saya menyebutnya sebagai "Renaulution"," tandas Luca de Meo.
Baca Juga: Renault dan Nissan Diterpa COVID-19, Mantan Bos Sebut Begini