Tarik Rem Darurat dengan PSBB Pekan Depan, Simak Penelitian Sturgis Rally

Kamis, 10 September 2020 | 23:50 WIB
Tarik Rem Darurat dengan PSBB Pekan Depan, Simak Penelitian Sturgis Rally
Ilustrasi touring [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Terjadinya peningkatan kasus COVID-19 yang cukup tajam menjadi alasan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB total. Disampaikan oleh Gubernur Anies Baswedan di Balai Kota Jakarta kemarin (9/9/2020), rem darurat ini akan ditarik mulai pekan depan (14/9/2020).

Sebagai konsekuensi, peraturan lalu lintas ganjil genap tidak berlaku hingga saat yang belum ditentukan. Kendaraan pribadi menjadi sarana transportasi lebih aman dari penularan, dibandingkan menggunakan angkutan umum atau massal.

Di sisi lain, dengan pembatasan ini maka kegiatan yang melibatkan banyak orang hendaknya secara bijak ditinjau kembali. Utamanya menggelar acara berpotensi mengundang kerumunan.

Kita bisa berkaca kepada sebuah kejadian yang berlangsung lebih dari sepekan lalu. Yaitu sebuah event otomotif, gelaran komunitas, dan pertemuan dalam jumlah besar yang menghasilkan pasien reaktif COVID-19.

Baca Juga: Rayakan HUT Kemerdekaan RI ke-75, JMC Lakukan Touring dan Berbagi

Ilustrasi kerumunan massa - (Pixabay/Free-Photos)
Ilustrasi kerumunan massa  (Pixabay/Free-Photos)

Pusat Studi Ekonomi & Kebijakan Kesehatan Universitas Negeri San Diego, Amerika Serikat melakukan studi dengan temuan 260 ribu orang terpapar virus Corona usai menghadiri Sturgis Motorcycle Rally, sebuah acara tahunan dan kemarin berlangsung 10 hari.

Sebagai bagian dari studi, peneliti melacak data telepon seluler, lalu lintas pejalan kaki di restoran dan bar, perusahaan ritel, tempat hiburan, hotel, dan perkemahan seusai berakhirnya gelaran.

Peneliti juga menemukan peserta festival tidak mengenakan penutup wajah atau melakukan jarak sosial saat berada di acara Sturgis Rally.

"Sturgis Motorcycle Rally mewakili situasi di mana banyak skenario terburuk terjadi secara bersamaan. Acara berdurasi panjang, hadirin pun berdesakan," jelas peneliti, seperti dikutip dari The Independent.

Selain itu, diperkirakan 62.182 sepeda motor dan mobil memasuki Sturgis selama festival berlangsung.

Baca Juga: Lagi Touring, Ari Wibowo Panik Rasakan Gempa di Bengkulu

Cluster penularan diperkirakan meluas, karena peneliti mengumpulkan data bahwa sekitar 90 persen pengunjung melakukan perjalanan ke Sturgis dari luar negara bagian, dengan mayoritas berasal dari selatan dan barat tengah Amerika Serikat.

Kristi Noem, Gubernur South Dakota, mengkritik hasil penelitian itu.

"Laporan ini bukanlah sains, namun fiksi. Dengan kedok penelitian akademis, laporan ini adalah serangan terhadap mereka yang menggunakan kebebasan pribadi untuk menghadiri Sturgis," kata Kristi Noem dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu pejabat kesehatan South Dakota juga mempertanyakan temuan studi tadi.

"Hasilnya tidak sejalan dengan apa yang kami ketahui tentang dampak reli," kata ahli epidemiologi negara bagian Josh Clayton.

Namun, tidak bergerombol atau membuat kerumunan adalah langkah bijaksana dalam masa PSBB. Sederhana saja, virus tidak terlihat atau terasakan, jadi bisa terjadi paparan di mana pun.

Catatan dari Redaksi: Mari bijaksana menerapkan aturan jaga jarak dengan orang lain atau physical distancing, sekitar 2 m persegi, dan selalu ikuti protokol kesehatan tata normal baru. Gunakan masker setiap keluar rumah dan jaga kebersihan diri terutama rutin cuci tangan. Selalu saling dukung dan saling jaga dengan tidak berdiri berdekatan, menggerombol, serta mengobrol, dalam mengatasi pandemi Corona Virus Disease atau Covid-19. Suara.com bergabung dalam aksi #MediaLawanCovid-19. Informasi seputar Covid-19 bisa diperoleh di Hotline Kemenkes 021-5210411 atau kontak ke nomor 081-2121-23119

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI