Polisi Keberatan Kendaraan Listrik Terlalu Senyap, Bisa Picu Kecelakaan

Liberty Jemadu
Polisi Keberatan Kendaraan Listrik Terlalu Senyap, Bisa Picu Kecelakaan
Blue Bird luncurkan taksi berbahan bakar listrik. (Suara.com/Achmad Fauzi)

Jika terlalu senyap maka kendaraan listrik bisa mengancam keselamatan pengguna jalan lain, termasuk para pejalan kaki.

Suara.com - Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia (Korlantas Polri) mengaku keberatan dengan senyapnya suara kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) karena bisa mengancam keselamatan pengguna jalan lain, termasuk para pejalan kaki.

Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri, Chryshnanda Dwilaksana mengungkapkan bahwa, suara yang dihasilkan dari sebuah kendaraan EV itu harus dipikirkan lagi untuk kepentingan bersama dan keselamatan bagi pejalan kaki dan juga pengendara lainnya.

"Kesenyapan kendaraan juga harus diperhatikan mengingat EV adalah kendaraan yang minim suara. Pelaku industri EV ini harus memperhatikan regulasi soal suara minimal sehingga para pejalan kaki dapat mengetahui saat ada kendaraan yang akan dan sedang melintas," ungkap Chryshnanda dalam workshop bertema Kesiapan Industri EV yang digelar oleh Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), Selasa (8/9/2020).

Dalam hal keselamatan lainnya, Chryshnanda juga mengatakan bahwa kecepatan dari kendaraan listrik ini juga perlu untuk diperhatikan dengan seksama.

Baca Juga: Pemerintah Dorong Penguatan Keamanan Kendaraan Listrik untuk Capai Net Zero Emission 2060

"Selain suara yang sangat penting, kecepatan juga menjadi perhatian yang penting. Jadi, jika terjadi benturan dengan kecepatan 30 km/jam saja itu bisa berpotensi adanya korban jiwa yang mengakibatkan hilangnya nyawa pengguna jalan pedestrian," tutur dia seperti dilansir dari Antara.

Regulasi suara mobil listrik

Soal suara kendaraan listrik yang senyap sudah jadi perhatian di seluruh dunia. Di beberapa negara Eropa, mobil listrik bahkan sudah diwajibkan untuk menghasilkan suara layaknya mobil konvensional.

Di Indonesia sendiri pada Juli kemarin Kementerian Perhubungan telah menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan nomor 44 Tahun 2020 tentang Pengujian Tipe Fisik Kendaraan Bermotor dengan Motor Penggerak Menggunakan Motor Listrik yang turut mengatur tentang suara kendaraan listrik.

Dalam regulasi yang ditetapkan pada 16 Juni 2020 dan diundangkan pada 22 Juni 2020 itu dijelaskan bahwa kendaraan bermotor listrik kategori M, N, dan O harus dilengkapi dengan suara. Ini diatur dalam pasal 32 ayat 1.

Baca Juga: Kendaraan Listrik Dilarang Lakukan Uji Coba di Lintasan Balap Karena Masalah Keamanan

Kendaraan listrik kategori MI adalah mobil penumpang, sementara M2 dan M3 adalah bus, dan Nl, N2, N3, OI, 02, 03, serta 04 merupakan golongan mobil barang.

Kemudian pada pasal 32 ayat 3 diatur bahwa suara kendaraan listrik bisa berasal dari komponen yang dipasang di kendaraan listrik. Pasal 32 ayat 6 menyatakan suara yang ditimbulkan, berdasarkan tingkat frekuensi, paling tinggi 75 desibel.