"Karena penguasaan mesin diesel adalah salah satu kunci mesin pertahanan, mulai dari jeep, panser, tank hingga kapal perang membutuhkan mesin diesel. Anggap kita berpikir terjadi embargo, mampu tidak kita produksi Maung kalau diembargo misalnya." katanya.
Ia juga mengingatkan jangan sampai perintah presiden untuk mengunakan produk dalam negeri malah menimbulkan 'pemaksaan' yang mengakibatkan kesemuan (psudo) dalam industri pertahanan dan tekonologi.
"Seperti contoh dulu, Angkatan Darat order beberapa drone yang diproduksi swasta dalam negeri dan semuanya jatuh. Pas dicek ternyata beli dari luar dan diotak-atik, lalu dikasih merek seolah-olah buatan dalam negeri. Ini tidak boleh terjadi. Caranya dengan mengaktifkan KKIP, Komite Kebijakan Industri Pertahanan yang diisi oleh orang-orang terpilih dan bersih," katanya.
Alasan Kemhan membeli Rantis Maung
Baca Juga: Adu Mobil Tempur Tunggangan Prabowo Vs Jip Perang AS, Mesinnya Beda Level?
Terkait prioritas belanja, juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, menjelaskan bahwa Kemhan memprioritaskan belanja di dalam negeri.
"Dari total Rp117 triliun alokasi anggaran Kemhan 2020 digunakan 55% untuk belanja prajurit TNI dan ASN Kemhan-TNI, 20% operasional, perawatan alutsista dan lain-lain, ditambah fokus back up penanganan COVID-19," kata Dahnil Kamis (09/07) lalu.
Dahnil menambahkan, porsi anggara belanja alutsista yang kurang dari 25% dari total anggaran akan diprioritaskan ke industri dalam negeri, dan jika tersedia akan akan digunakan skema joint production supaya ada upaya alih teknologi, baru sisanya bila mendesak dan harus segera dan tidak ada substitusinya tentu kita beli dari negara produsen alutsista di luar negeri," jelasnya.
"Jadi, kalau bicara belanja Kemhan secara agregat maka 85% dibelanjakan di dalam negeri," katanya.
Selain Rantis Maung, sebelumnya Kemhan juga memesan 1.000 ventilator, 25 ribu pucuk senjata, dan empat miliar amunisi dari PT Pindad.
Baca Juga: Prabowo Pamer Kendaraan Tempur PT Pindad, Namanya Jadi Sorotan Warganet