Suara.com - Kehadiran kendaraan elektrik yang cukup masih belakangan ini sekilas kurang dinanti-nanti para pencinta otomotif, khususnya penggemar kendaraan konvensional yang berbahan bakar minyak.
Walaupun kendaraan elektrik menjanjikan minimnya polusi udara serta polusi suara, namun pengecasan yang makan waktu lama menjadi salah satu kendala orang menjadi goah-ogahan untuk memboyon kendaraan bertenaga 'baterai' tersebut.
Dilansir dari Visordown, baterai dari kendaraan elektrik dikemas penuh dengan bahan langka, dan kadang-kadang berbahaya.
Beberapa di antaranya bahkan merusak lingkungan selama proses pembuatan. Bagi banyak pengendara sepeda motor yang bertenaga bensin, beralih ke sepeda motor yang sepenuhnya elektrik dianggap sebagai 'penurunan'.
Baca Juga: Ditembak Pengemudi Mobil, Polisi Selandia Baru Tewas saat Bertugas
Hal itulah yang membuat produsen otomotif mulai melirik mesin baru, yakni sel bahan bakar hidrogen.
Konsep mesin ini telah ada selama hampir 200 tahun. Namun mengubah konsep menjadi alternatif yang layak untuk pengganti bahan bakar fosil atau baterai baru dilakukan belum lama ini.
Saat ini tim ilmuwan dari Jepang telah mengambil gagasan kendaraan bertenaga sel bahan bakar hidrogen ke tingkat berikutnya, dengan memproduksi hidrogen di laboratorium hanya dengan kristal, cahaya, dan air. Bagaimana cara kerjanya?
Sel bahan bakar terdiri dari anoda, katoda, dan membran elektrolit. Sel bahan bakar yang khas bekerja dengan melewatkan hidrogen melalui anoda sel bahan bakar dan oksigen melalui katoda.
Di bagian anoda, katalis membagi molekul hidrogen menjadi elektron dan proton. Proton melewati membran elektrolit berpori, sedangkan elektron dipaksa melalui sirkuit, menghasilkan arus listrik dan panas berlebih.
Baca Juga: Serba Menawan, Ini Bukti Kalau Pilihan Mobil Tara Basro Nggak Kaleng-Kaleng
Di katoda, proton, elektron, dan oksigen bergabung untuk menghasilkan molekul air. Karena tidak ada bagian yang bergerak, sel bahan bakar beroperasi secara diam-diam dan dengan keandalan yang sangat tinggi.