Cerita Jenderal Hoegeng dan Mobil Holden Hasil Patungan Kapolda

Jum'at, 19 Juni 2020 | 09:42 WIB
Cerita Jenderal Hoegeng dan Mobil Holden Hasil Patungan Kapolda
Hoegeng Iman Santoso, mantan Kapolri. (Indonesiamedia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa hari belakangan ini, masyarakat dihebohkan oleh diciduknya seorang pria oleh polisi di Maluku Utara karena mengunggah guyonan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tentang polisi jujur ke media sosialnya.

Guyonan mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu sebenarnya sudah lama, namun kembali diungkit karena kasus tersebut.

Dalam celotehnya, mantan presiden setelah BJ Habibie itu mengatakan, "Ada tiga polisi jujur di Indonesia, yaitu polisi tidur, patung polisi, dan Jenderal Hoegeng".

Dua yang disebut Gus Dur adalah benda mati, sementara satu lagi, Jenderal Hoegeng Iman Santoso adalah polisi asli yang pernah menjabat sebagai Kapolri.

Baca Juga: Dituntut 10 Tahun, Ini Koleksi Mobil Eks Menpora Imam Nahrawi

Ia adalah sosok langka yang hingga kini dijadikan ikon kejujuran sosok pejabat negara yang tak mau memanfaatkan jabatannya demi harta.

Saat menjadi Kapolda Sumatera Utara, ia pernah mengembalikan semua 'hadiah' dari cukong di sana dan meletakannya di pinggir jalan karena tak mau utang budi.

Saat menjadi Dirjen Imigrasi, ia tak mengambil gaji dan semua fasilitas yang diberikan karena ia hanya mengambil gajinya yang dari Kepolisian.

Pun ketika mengurusi pajak negara, ia pernah menolak permintaan seorang pejabat negara yang ingin kemudahan hingga akhirnya si pejabat meminta maaf.

Jenderal Hoegeng - (YouTube/Melawan Lupa Metro TV)
Jenderal Hoegeng - (YouTube/Melawan Lupa Metro TV)

Kejujuran dan amanah dalam mengemban tugas itulah yang kemudian membuat ia disingkirkan secara halus oleh penguasa.

Baca Juga: Hotman Paris Pamer Koleksi Mobil Baru, Harganya Bikin Melongo

Pada Oktober 1971 Hoegeng diberhentikan dari jabatannya dengan alasan peremajaan di tubuh Kepolisian. Padahal, usia Kapolri yang jadi penggantinya lebih tua darinya.

Majalah TEMPO saat itu menulis bahwa jenderal murah senyum itu dicopot karena membongkar penyelundupan mobil mewah yang dilakukan seorang pengusaha kelas kakap yang dibekingi pejabat tinggi negara.

Hoegeng juga dianggap terlalu populer dan dekat dengan kalangan pers serta masyarakat, hingga menimbulkan ketidaksukaan beberapa petinggi negara.

Ia sempat ditawari menjadi duta besar untuk negara Belgia, namun ditampiknya dengan alasan, "Saya tak biasa berdiplomasi dan minum koktail,".

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI