"Argumentasi saya demografi dan kelas sosial di Australia … artinya dari sisi permintaan barang, mereka akan prefer [memilih] barang dengan kualitas yang lebih bagus atau high quality [kualitas tinggi]," kata Bhima.
Ia menilai dilihat dari kesiapan industri, termasuk teknologi yang dimiliki Indonesia, pangsa pasar ekspor sebenarnya bukan ke Australia.
"Demand [permintaan] untuk produk Indonesia sejauh ini adalah justru negara-negara yang pendapatannya di bawah Indonesia."
Walau menyadari keuntungan bagi Indonesia dalam hal transfer ilmu dan teknologi serta peluang ekspor komoditi di bidang produksi pertanian, Bhima merasa kemitraan dengan Australia dinilai kurang menguntungkan bagi Indonesia.
Baca Juga: Best 5 Oto: Helm Kebablasan Uniknya, Jaringan Honda Diretas
"Sebenarnya untuk pengembangan … [pertukaran teknologi dan pertukaran SDM untuk saling belajar], tanpa IA-CEPA bisa dilakukan dengan mekanisme-mekanisme yang ada sekarang," jelasnya.
Ia juga mengatakan jika kerja sama yang menitikberatkan pada perjanjian perdagangan ini nantinya malah akan berimbas pada defisit dalam negeri yang semakin melebar.
"Jadi itu tidak equal [setara] dibandingkan investasi ataupun pengembangan teknologi, misalkan untuk peternakan di Indonesia."
Simak berita lainnya di ABC Indonesia.
Baca Juga: Begini Isi Tas Masa New Normal, Nomor 2 dan 8 Ada Unsur Otomotif