Kelompok rentan
Virus corona mungkin tidak pandang bulu, tetapi ada laporan bahwa sebagian kelompok masyarakat mengalami dampak lebih buruk ketimbang lainnya, terutama para pekerja di sektor ekonomi seperti pengemudi Uber dan sejenisnya (dikenal dengan sebutan gig economy).
Dalam ekonomi seperti ini pekerja yang terdampak adalah pekerja paruh waktu tanpa kontrak.
Di Inggris, berdasarkan kajian tahun lalu, ada 4,7 juta orang bekerja di sektor ini, dan sebanyak 60% pekerja dunia berada dalam kondisi kerja sejenis.
Baca Juga: Berhadiah Total Rp1,2 Miliar, Garena Gelar Free Fire Asia All-Stars 2020
Penelitian dari World Economic Form dan beberapa lembaga lain memperlihatkan faktor yang membuat mereka rentan.
Pekerja seperti ini dianggap pekerjaan ‘esensial’ sehingga masih berinteraksi dengan banyak orang. Namun mereka tak ada hak cuti sakit sehingga terpaksa harus tetap bekerja, dan tak bisa mengisolasi diri.
Bayaran mereka kecil dan tak pasti, sehingga akomodasi mereka juga ikut tak pasti. Mereka juga tak punya akses untuk penilaian risiko dan alat pelindung.
Ayako Ebata, dari Institute of Development Studies, mengatakan orang yang bekerja di sektor semacam ini tak aman kerjanya karena “sangat mengandalkan upah harian".
Tekanan terhadap mereka besar sekali sehingga mereka tak libur, sekalipun saat kesehatan mereka jadi taruhan.
Baca Juga: Eks TNI Tuntut Presiden Mundur, Sudirman Said: Ini Gejala Demokrasi Biasa
“Bukan karena mereka abai atau tak tahu, tapi karena sistem memaksa mereka untuk mengambil keputusan yang membahayakan kehidupan dan kesehatan mereka,” katanya.